Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
"A good teacher can inspire hope, ignite the imagination, and instill a love of learning." - Charles Bradford 'Brad' Henry
PERNYATAAN Charles Bradford 'Brad' Henry, Gubernur Ke-26 Negara Bagian Oklahoma, AS, sepertinya tetap relevan untuk menggambarkan bagaimana semestinya laku seorang guru. Menurutnya, seorang guru yang baik selalu menjadi 'muasal harapan, pemantik imajinasi, dan pada saat yang sama tetap memiliki gairah, kecintaan untuk terus belajar'. Tersirat tuntutan kepada guru untuk menjadi figur yang 'nyaris sempurna'. Ekspektasi yang tinggi selalu ditimpakan kepada guru terutama jika berkaitan dengan kebutuhan pendidikan anak bangsa yang berkualitas.
Karena itu, guru diterima sebagai rujukan intelektual sekaligus kompas moral. Ia ialah sosok yang dapat digugu, mewakili keluasan wawasan (intelektual) sehingga perkataannya dapat dipercaya dan dianggap benar. Pada saat yang sama, guru ialah seorang yang bisa ditiru, menjadi acuan moral yang dapat diikuti dan dianggap mewakili contoh terbaik perilaku manusia.
Teladan sebagai manusia, kompetensi keilmuan, dan muasal semangat menjadi keharusan kualitas yang mutlak dimiliki guru. Di zaman yang berubah cepat, sulit diprediksi, semakin rentan, tak pasti, rumit, dan membingungkan, tuntutan kualitas sebagai guru semakin kompleks. Keluwesan dan kemampuan merespons tuntutan zaman menjadi kunci. Karena itu, menjadi guru ialah juga layaknya melakukan sebuah perjalanan pencapaian tanpa henti. Sebuah proses terus bergerak, menanjak untuk menjadi lebih baik.
Tarian perubahan
Sekalipun tuntutan untuk berubah dan perbaikan kualitas diri guru ialah hal yang tak terhindarkan, mengelola perubahan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Dalam konteks organisasi, sebuah inisiatif perubahan sering melambat, berhenti, atau gagal total. Sebuah inisiatif perubahan terbaik sekalipun sering melenceng dari harapan atau bahkan mandek, bukan karena ide, dorongan yang kurang kuat dari pimpinan organisasi atau kurangnya rujukan jejak keberhasilan sebelumnya.
Begitu juga inisiatif perubahan dalam pendidikan. Kredo bahwa guru ialah kunci bagi keberhasilan pendidikan—sehingga peningkatan kapasitas guru ialah jawaban bagi akselerasi kualitas pendidikan—tidak selalu mudah untuk diwujudkan pada tingkatan praksis sekalipun dalam tataran ide bisa dikatakan tak bercela atau banyak rujukan pengalaman keberhasilan yang dapat dijadikan pedoman. Inisiatif untuk mengubah kualitas guru dalam konteks pendidikan lebih sering dikaitkan dengan isu kesejahteraan, rendahnya kualifikasi, atau ketidakberdayaan organisasi profesi pendidikan dalam menjamin peningkatan kualitas guru.
Tak bisa dimungkiri, kesemuanya ialah aspek-aspek struktural relevan yang selalu perlu untuk ditimbang, terutama dalam konteks Indonesia. Namun, dengan merujuk pendekatan perubahan dalam organisasi, kebutuhan perubahan perlu juga menimbang dua faktor penting; potensi untuk tumbuh/berkembang dan kapasitas untuk memahami batasan-batasan/limitasi dalam yang menghambat perubahan (Senge: 2006). Dalam konteks kebutuhan perubahan kualitas guru, penting untuk selalu mengasah kemampuan identifikasi-refleksi guru dan lembaga pendidikan dalam memetakan potensi, harapan, dan tujuan yang mereka citakan.
Sekaligus pada saat bersamaan secara konstan menggugat kemampuan guru dan lembaga pendidikan untuk memahami tantangan yang hadapi—apa pun ia ditafsirkan; 'kesulitan', 'keterbatasan', 'pandemi', 'perubahan', 'kebutuhan pendidikan abad ke-21', atau lainnya. Pemahaman akan potensi sekaligus keterbatasan selalu akan menjadi muasal yang baik sebuah 'tarian perubahan': sebuah dinamika tak terhindarkan dalam proses berubah/bertumbuh dalam gejolak perubahan dan keterbatasan.
Kemampuan untuk memahami keduanya ialah alasan terbaik bagi munculnya proses perubahan sesungguhnya; sebuah profound change, perubahan fundamental yang menyatukan perubahan nilai dalam diri seseorang atau internal lembaga, aspirasi dan perilaku, dengan dinamika perubahan dalam proses, strategi, praktik, dan sistem karena hanya dalam perubahan fundamental semacam inilah, kesempatan untuk 'belajar' selalu hadir dan mungkin terjadi (Senge, Kleiner, Roberts, et.al: 1999).
Kapasitas belajar
Lalu, apa yang bisa dilakukan guru atau lembaga pendidikan untuk menjamin perubahan dan perbaikan fundamental dalam kualitas guru? Perubahan fundamental bagi perbaikan kualitas guru mensyaratkan perubahan mendasar dalam cara berpikir dalam memaknai pendidikan sehingga tuntutan perubahan, tantangan zaman, dan keterbatasan hanya bisa direspons dengan baik oleh kerelaan dan keinginan untuk terus belajar bagi peningkatan kualitas. Kesediaan dan hasrat tanpa henti untuk belajar akan menentukan kapasitas belajar seorang guru dan lembaga pendidikan. Kapasitas untuk belajar tecermin pada ide, sikap, dan perilaku belajar guru dan lembaga pendidikan. Sebuah kapasitas yang—meminjam istilah Jack Welch, salah satu CEO General Electrics—terkait dengan perilaku yang bermula dari kepercayaan dasar; sebuah hasrat dan kemampuan untuk secara terus-menerus belajar dari sumber mana pun dan mengubahnya menjadi tindakan (Lowe: 2007).
Kapasitas untuk terus belajar hanya dapat dimungkinkan terjadi dalam lingkungan pendidikan yang positif; lingkungan yang memungkinkan kapasitas belajar individu dan kolektif terjadi. Lingkungan belajar yang memungkinkan semua orang dapat memahami dan menantang pencapaian potensi diri mereka, berbagi aspirasi, visi dan komitmen untuk berubah, rasa nyaman untuk mendiskusikan isu dalam pendidikan yang sensitif dan kompleks tanpa rasa khawatir. Juga, tentu saja, kemampuan menemukan akar persoalan serta kesadaran akan interdependensi; bahwa perubahan dan perbaikan kualitas selalu berkaitan dengan banyak hal atau orang lain.
Di zaman yang bergerak cepat dan penuh dengan kerentan, ketidakpastian, kerumitan, dan memunculkan kebingungan, kapasitas belajar yang terus bertumbuh akan memberi peluang besar bagi perbaikan kualitas guru dan pendidikan. Mentalitas dan kesediaan untuk terus belajar ialah jaminan kelayakan seorang guru untuk selalu bisa digugu dan ditiru. Komitmen dan kebutuhan belajar juga menjadi jaminan lembaga pendidikan untuk memberi respons cerdas bagi perubahan dan tuntutan zaman, sekaligus menjamin profound change terjadi dan terus melaju ke tingkatan lebih tinggi.
Upaya serius negara untuk perbaikan kualitas guru tidak akan pernah mustajab dalam menjawab persoalan kualitas pendidikan tanpa perubahan fundamental cara berpikir dan keinginan membuncah untuk terus belajar. Perbaikan kualitas guru pada akhirnya harus juga dimulai dari hal yang paling mendasar; kepercayaan bahwa terus belajar ialah jalan menuju perbaikan. Dengan demikian, sekali lagi, setiap upaya untuk pendidikan maju dan menjadi guru berkualitas ialah layaknya perjalanan panjang belajar yang tanpa henti. Mewujudkan guru yang berkualitas ialah bagian ikhtiar pendidikan untuk terus bergerak maju, menjadi lebih baik. Sebuah proses memastikan kelayakan guru untuk bisa digugu dan ditiru. Sebuah rute tak terelakkan bagi guru yang terus menjadi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved