Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
BONUS demografi membuat Indonesia memiliki angkatan kerja yang banyak, puncaknya ialah pada 2030. Masalahnya, sumber daya manusia (SDM) di Indonesia berkualitas rendah karena 54% dari penduduk usia produktif 18 sampai 65 tahun ialah mantan stunting.
Stunting hanyalah satu di antara tiga problem gizi yang dialami bangsa kita. Dua masalah lainnya ialah semakin merebaknya penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung) akibat gizi lebih dan kekurangan gizi mikro (besi dan seng). Ketiganya disebut triple burden of malnutrition.
Moto empat sehat lima sempurna digagas Prof Poorwo Soedarmo sejak 1950-an. Pada 1995-1996, diluncurkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) oleh Kemenkes yang kemudian berevolusi menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada 2014.
Sampai saat ini, banyak orang masih bingung bila ditanya konsep gizi seimbang. Kenyataannya, empat sehat lima sempurna lebih mudah dihapal dan dimengerti masyarakat. Ditambah lagi, ternyata Kementan juga memasyarakatkan slogan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman).
Keluarga yang sehari-harinya dapat mengonsumsi empat sehat lima sempurna mungkin hanya mereka yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas. Sementara itu, ada 25 juta lebih rakyat miskin di Indonesia yang tidak tahu besok mau makan apa.
Pilar gizi
Pola konsumsi pangan yang baik harus dilandasi pilar gizi. Pilar pertama ialah keberagaman konsumsi. Pangan yang beranekaragam sangat penting karena tidak ada satu jenis pangan pun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Dengan konsumsi pangan beranekaragam, kekurangan zat gizi dari satu jenis pangan akan dilengkapi gizi dari pangan lainnya.
Pilar kedua ialah keamanan pangan. Masyarakat pada umumnya belum memedulikan atau belum mempunyai kesadaran tentang keamanan pangan (dalam arti luas) sehingga belum banyak menuntut produsen (khususnya home-industry) untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu. Masyarakat dari golongan sosial ekonomi rendah merasa puas jika dapat membeli produk pangan dengan harga murah, meskipun produk tersebut bermutu rendah dan tidak terjamin keamanannya.
Praktik penggunaan formalin, boraks, dan pewarna berbahaya dalam produk pangan, selama ini tidak cukup serius ditangani pemerintah. Selama bertahun-tahun mungkin kita banyak yang telah terpapar terhadap zat berbahaya tersebut tanpa berbuat apa-apa.
Pengembangan perilaku konsumsi makanan yang aman memerlukan waktu relatif lama. Model Keyakinan Sehat menyatakan perilaku sehat ialah fungsi dari pengetahuan dan motivasi. Model ini menekankan pada peran persepsi rentan diri seseorang terhadap penyakit akibat makanan yang tidak aman.
Konsumen anak-anak atau pekerja rendahan sering kali tidak hirau tentang aspek higienitas pangan. Mereka ialah korban akibat ketidaktahuan dan penegakan hukum yang lemah di bidang keamanan pangan.
Pilar ketiga ialah aktivitas fisik. Evolusi kerja manusia sejak zaman prasejarah hingga kini menunjukkan semakin berkurangnya intensitas kerja fisik. Dulu, orang harus berburu, dan kemudian memasuki dunia agraris dengan peralatan seadanya, yang semuanya memerlukan kerja fisik.
Di era modern, pertanian dilakukan dengan mekanisasi. Saat ini banyak bidang pekerjaan yang hanya mengandalkan otak, penglihatan, serta 10 jari untuk mengetik di depan komputer. Kita memasuki era sedentary lifestyles atau gaya hidup yang ringan-ringan saja. Hal ini mendatangkan risiko meningkatnya kasus obesitas. Apalagi, saat ini di tengah pandemi covid-19, banyak kegiatan yang terpaksa dilakukan di rumah (work from home), termasuk di bidang pendidikan. Kurang gerak akibat covid-19 berpotensi akan memunculkan kasus obesitas lebih banyak.
Kajian epidemiologis mengungkapkan obesitas adalah faktor risiko berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, asam urat, kanker, dsb. Penyakit-penyakit ini tidak menular, tetapi tertularkan kepada orang lain melalui perubahan pola makan atau gaya hidup. Orang-orang Jepang yang bermigrasi ke AS memiliki risiko kanker yang lebih besar jika dibandingkan saat mereka tetap tinggal di tanah airnya.
Terkait dengan aktivitas fisik, maka pilar ke empat ialah membiasakan diri memonitor berat badan. Ini berlaku untuk kita semua, bukan hanya untuk balita di posyandu. Peningkatan berat badan akan meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Oleh sebab itu, mempertahankan berat badan ideal hendaknya menjadi tujuan meraih hidup sehat.
Kualitas SDM
Data statistik menunjukkan risiko kegemukan atau obesitas lebih banyak menghinggapi kaum perempuan jika dibandingkan dengan kaum pria. Tipe kegemukan pada perempuan disebut tipe buah pir (pinggul melebar), sedangkan kegemukan pada pria dikenal sebagai tipe android atau mirip buah apel (perut membuncit). Tingkat risiko kegemukan model buah apel untuk terkena serangan jantung koroner diketahui lebih besar.
Teknik toleransi perut mengajarkan kepada manusia agar tidak berlebihan dalam hal makan sehingga tubuh kita tetap nyaman untuk bergerak. Moderate is the best adalah kiat sehat dalam mengonsumsi makanan agar kita terhindar dari kekurangan atau kelebihan gizi.
Kualitas SDM dipengaruhi banyak hal. Gizi menjadi entry point penting untuk perbaikan SDM karena gizi erat kaitannya dengan kesehatan. Prasyarat untuk mendapatkan asupan gizi yang baik ialah ketersediaan pangan dan akses (pendapatan) untuk mendapatkan pangan.
Di tengah situasi pandemi covid-19, akses pangan terganggu karena banyak PHK dan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya human development index bisa rontok akibat pandemi berkepanjangan yang hingga kini masih mengancam bangsa-bangsa di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved