Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Mewaspadai La Nina dan Cuaca Buruk

Edvin Aldrian, Professor Meteorologi dan Klimatologi BPPT, Inter governmental Panel on Climate Change WG 1 Vice Chair, Anggota Dewan pakar IABIE Ikatan Alumni program Habibie
28/10/2020 11:55
Mewaspadai La Nina dan Cuaca Buruk
Edvin Aldrian(Dok.pribadi)

SUNGGUH alam ini diciptakan dalam berpasang-pasangan. Tanpa kita sadari bahwa benua maritim Indonesia ini memiliki dua musim; penghujan dan kering. Kita perlu mengenal keduanya dan memperoleh manfaat sebesar besarnya. Coba bayangkan apabila dalam setahun penuh kita mengalami musim hujan atau musim kering, sulit dibayangkan kehidupan yang akan dialami. Musim penghujan sangat baik bagi pertanian di darat dan musim kering sangat baik bagi usaha pelayaran di laut. Singkat kata, alam menyediakan waktu bagi kita untuk beristirahat dari masa penghujan dan sebaliknya.

Selain kedua jenis musim yang bersifat saling melengkapi di atas, Indonesia juga kadang kala mengalami masa tahun El Nino dan La Nina. Jenis fenomena ini merujuk kepada kejadian di Samudera Pasifik, ketika lautan dapat menjadi lebih hangat pada saat El Nino atau lebih dingin sebaliknya pada saat La Nina. Akibat fenomena tersebut maka benua maritim Indonesia mengalami kondisi lebih kering pada saat El Nino, dan kondisi sebaliknya yaitu lebih basah pada saat La Nina. 

Akibat ini terjadi karena hubungan benua maritim Indonesia dengan Samudera Pasifik di bagian tengah terdapat pola sirkulasi Walker yang memberi dampak bertolak belakang tersebut. Dengan kata lain pada saat El Nino maka musim kering akan mengalami kemarau lebih kering dan panjang. Sedangkan pada saat La Nina, Indonesia akan mengalami kemarau basah. 

Kondisi terkini
Lalu apa yang terjadi saat musim hujan? Secara umum kedua fenomena El Nino dan La Nina terlihat mulai pada April dan berakhir April tahun depannya. Puncak dari fenomena tersebut terjadi biasanya pada Desember di akhir tahun. Nama dari kedua fenomena tersebut merujuk kepada saat kedua fenomena sedang dalam puncaknnya. El Nino yang berarti bayi laki laki dalam bahasa Spanyol sebagai istilah bangsa Peru di ujung timur benua Pasifik, merujuk kepada peristiwa Natal yaitu menyambut kelahiran atau kedatangan bayi laki laki diakhir Desember. Sedangkan istilah La Nina diambil dari kata bayi perempuan yang merujuk kepada fenomena yang berlawanan artinya. 

Meskipun puncak dari kedua fenomena terjadi pada Desember tetapi benua maritim Indonesia tidak merasakan dampaknya. Karena sedang berada pada musim penghujan dan lebih mengalami dampak musim penghujan tersebut. Walhasil La Nina akan terasa dari akhir April hingga akhir November di tahun tersebut. Puncak dampaknya akan terasa pada September Oktober tahun yang bersangkutan.

Secara statistiknya maka benua maritim Indonesia akan lebih banyak mengalami El Nino dari pada La Nina atau kondisi normalnya. Para ahli menyebut suatu tahun adalah El Nino saat suhu muka laut di Samudera Pasifik telah melewati suatu nilai ambang batas, atau La Nina apabila nilai suhu sudah di bawah minimal tertentu. Nilai suhu di antaranya maka akan dikategorikan sebagai tahun normal. 

Para ahli juga memprediksi bahwa akibat pemanasan global maka akan lebih banyak kasus El Nino daripada La Nina yang terjadi. Khusus 2020, seperti juga 2010, telah terjadi solar minimum yaitu di mana matahari berada dalam fase bawahnya dengan tingkat hotspot mencapai minimum. Walhasil maka samudera Pasifik akan mengalami La Nina. Saat ini semua indikator iklim menunjukkan kita dalam fase La Nina.

Berbagai dampak positif dan negatif dapak dirasakan pada kejadian La Nina tersebut. Seperti disebut di atas, pada saat La Nina akan banyak keuntungan diperoleh di darat. Akan lebih banyak hujan yang turun meski di musim kemarau sekalipun. Peningkatan dapat terjadi rata-rata hingga 20%-40%, bahkan beberapa daerah mencapai 100% sekaligus menguntungkan dunia pertanian. Pertanian non irigasi teknis seperti lahan tadah hujan, lahan rawa dan pasang surut akan menerima keuntungan sangat besar. Selain itu juga daerah budi daya perikanan di pesisir akan juga mengalami peningkatan produksi. 

Nilai baik
Air yang melimpah tersebut baik untuk mengisi waduk guna produksi energi PLTA dan mengisi lahan gambut sehingga terus berair. Kondisi yang terakhir ini berhubungan dengan bencana asap yang sering melanda Indonesia akibat kebakaran hutan. Dapat dipastikan akan terjadi kondisi minimum kebakaran hutan. Air yang melimpah dapat dipakai mengisi ground water untuk daerah yang selama ini mengalami land subsidence dan juga daerah yang mengalami intrusi air laut. Intrusi seperti ini biasa terjadi di daerah lahan pasang surut. Sedangkan land subsidence terjadi di berbagai kota besar pesisir saat ini.

Kelebihan air bukan selalu berarti berita baik bagi masyarakat. Beberapa daerah perlu meningkatkan kewaspadaan. Daerah lereng yang curam perlu waspada akan akibat tanah longsor atau pun banjir bandang untuk daerah di sepadan aliran sungai. Bencana banjir dapat mengancam aliran air sungai sewaktu-waktu meski musim kemarau sekalipun. Hujan yang terjadi berhari-hari terutama pada kondisi basah akibat fase basah Madden Julian Oscilation atau seruak dingin dari pantai timur Asia Timur, kondisi rawan banjir sewaktu-waktu dapat terjadi. Apabila suatu daerah telah mengalami hujan berhari hari perlu ditingkatkan kewaspadaan. Kondisi di perairan laut akan lebih berbahaya pada saat La Nina, terlebih pada masa puncaknya. Kondisi produksi garam, tembakau dan kayu jati akan juga terancam karena mereka lebih menyukai saat kondisi kering.

Tentu saja dapat kita menambah daftar apa apa saja yang menjadi kebaikan dan permasalahan baik El Nino dan La Nina. Kita perlu mencari dan mengambil berkah sebaik-baiknya, seraya menambah kewaspadaan terutama akan bencana hidrometeorologis yang akan selalu menghantui di saat La Nina berlangsung.
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya