Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
MENYIKAPI bencana banjir dan tanah longsor di Jabodetabek baru-baru ini, mayoritas orang menunjuk jari pada pemerintah, baik di kawasan Bogor dan Puncak maupun di daerah Jakarta.
Meski tentu saja hal itu beralasan, ada hal yang kiranya menjadi proyek bersama kita untuk jangka panjang agar di masa depan bencana demikian setidaknya bisa diminimalisasi. Banjir pada dasarnya merupakan isu global, nasional, dan lokal yang berkaitan dengan perubahan iklim dan pola laku kita semua pada ibu bumi. Karena itu, solusi mengatasinya tidak hanya menjadi tugas dari mereka yang ada di Jabodetabek, tetapi juga kita semua.
Harus disadari bahwa banjir mengirimkan pesan lugas bahwa planet bumi ini sedang terluka. Banjir bersentuhan dengan laku kita semua yang destruktif pada bumi, termasuk juga para pemimpin, dari unit terkecil di tingkat RT yang kurang peduli kepada upaya-upaya merawat lingkungan.
Tobat ekologis
Lantas, bencana banjir ini mesti menjadi kesempatan untuk merenungkan pola laku pada alam dengan mengevaluasi mitos-mitos modernitas yang menjerumuskan kita pada individualisme, percepatan pembangunan tanpa henti, konsumerisme, dan hegemoni kapital.
Berbagai kerusakan ekologi juga merupakan bukti nyata gagalnya sistem pendidikan berkesadaran ekologis. Meskipun terus dipropagandakan slogan seperti sekolah hijau, kampus hijau, cara berpikir dan perilaku kita masih tetap tidak bersahabat dengan alam. Bencana ini menjadi kesempatan melakukan perobatan ekologis, sebuah resolusi etis-moral untuk kembali kepada kesadaran bahwa kita hidup dalam persekutuan sebagai warga bumi bersama semua makhluk.
Mitos antroposentrisme dengan budaya teknokratis sebagai anak kandungnya tidak bisa lagi dilestarikan. Kita diundang untuk mencermati dan mengontemplasikan cara berpikir, keyakinan, dan pola hidup kita agar krisis ini tidak terus membesar.
Ekopedagogi
Bagaimana memulainya? Kiranya dunia pendidikan menjadi salah satu titik sentral untuk itu, dengan menerapkan ekopedagogi, sebuah pedagogi kritis tranformatif untuk membentuk cara berpikir, bersikap, dan bertindak agar menghormati alam sebagai bagian yang utuh dari diri kita. Ekopedagogi mendorong peserta didik untuk mengenal dirinya, sesama dan alam, serta Sang Pencipta secara integratif, utuh, dan menyeluruh. Semua itu berujung pada kesadaran bahwa alam tidak bisa dieksploitasi hanya demi keutungan ekonomis, tetapi juga harus dilestarikan demi kehidupan semua makhluk hidup.
Ekopedagogi mengajak generasi kita untuk bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar ini; siapakah kita manusia? Apa hubungan kita dengan Allah? Apa hubungan kita dengan sesama? Apa hubungan kita dengan bumi?
Di ruang kelas, pertanyaan-pertanyaan itu diintegrasikan dalam proses pembelajaran dan dalam buku-buku paket. Dalam mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti misalnya, harus dielaborasi tema-tema tentang kemerdekaan makhluk ciptaan, perdamaian, keadilan sosial, harkat, dan martabat manusia yang berelasi dengan dirinya sendiri, sesama, dan alam karena diciptakan oleh Allah yang mahabaik.
Untuk pendidikan IPS terpadu, tema tentang sejarah peradaban umat manusia diintegrasikan dengan pembahasan soal pembangunan berkelanjutan dan ekonomi berkeadilan sosial, juga IPA terpadu yang mesti membahas soal alam yang harmonis, cara hidup humanis, bahwa manusia ialah bagian integral dari alam semesta ini.
Hal ini bisa dintegrasikan pula dengan program penguatan pendidikan karakter, di mana upaya penananam hal-hal dasar itu kemudian menjadi bagian dari ekosistem sekolah. Di samping itu, pendidikan nasional kita juga harus secara jelas merumuskan salah satu tujuan pendidikan, yaitu menyelamatkan planet bumi kita ini sebagai rumah bersama.
Dengan ekopedagogi, generasi kita setidaknya mampu mengontemplasikan dunia fisik dari titik pandang spiritual-ekologis, menghormati semua makluk hidup sebagai ciptaan Allah; memahami kerusakan alam atau planet bumi sebagai persoalan etis moral akibat manusia yang serakah dan tamak; sadar untuk melindungi, merawat alam; hingga mempromosikan gaya hidup yang lebih bertanggung jawab.
Mendesak
Sekali lagi, banjir telah mengirimkan pesan yang serius agar kita mengambil langkah cepat, demi ibu bumi yang lebih baik. Laudato Si, ensiklik Paus Fransiskus tentang lingkungan hidup menyatakan, "Jika kita tidak lagi berbicara dengan bahasa persaudaraan dan keindahan dalam hubungan kita dengan dunia, kita akan bersikap seperti tuan, konsumen, pengisap sumber daya, hingga tidak mampu menetapkan batas-batas kebutuhan yang mendesaknya."
Sebaliknya, dikatakan lebih lanjut, "Jika kita merasa intim bersatu dengan semua yang ada, kesahajaan dan kepedulian akan timbul secara spontan."
Sudah saatnya kita mengubah diri. Ekopedagogi salah satu jalan yang membawa kita semua kepada nalar ekologis--kesadaraan penuh bahwa kita adalah warga bumi. Kita menjadi bagian integral dari planet bumi ini dan karena itu harus bertanggung jawab pada sesama dan seluruh alam semesta.
tiser
Berbagai kerusakan ekologi juga merupakan bukti nyata gagalnya sistem pendidikan berkesadaran ekologis. Meskipun terus dipropagandakan slogan seperti sekolah hijau, kampus hijau, cara berpikir dan perilaku kita masih tetap tidak bersahabat dengan alam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved