Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MUSIM haji kembali menyapa umat muslim di seluruh dunia. Sekumpulan umat manusia yang berjibun berduyun-duyun memenuhi panggilan Ilahi ini. Haji merupakan rukun Islam kelima yang diwajibkan atas setiap muslim yang merdeka, balig, dan mempunyai kemampuan (materi maupun kesehatan), dalam seumur hidup sekali (QS Ali Imron: 96-97, QS al-Baqarah: 196). Selebihnya, keberagkatan haji yang kedua, ketiga, dan seterusnya, hanyalah anjuran atau dalam bahasa fikih disebut sunah.
Perjalanan haji ialah perjuangan. Itu sebabnya kesungguhan menjalankan haji sebenarnya tidak semata-mata bermodalkan materi, tapi juga perlu dibarengi dengan kesucian hati dan niat yang bersih, semata-mata menyempurnakan rukun Islamnya. Haji, menurut saya, ialah perjalanan religius, bak peziarah yang bertekad kuat untuk mengunjungi suatu tempat yang sakral dan mulia, dengan disertai ritual-ritual ibadah khusus di tempat tujuannya.
Artinya, di samping perlu menata niat lillahi ta'ala (semata-mata karena Allah SWT, tidak dimotivasi kepentingan-kepentingan duniawi: jabatan, status sosial, dan lainnya), pemahaman terhadap maksud dan tujuan haji itu sendiri wajib diinternalisasi sebelum keberangkatan. Jangan sampai calon jemaah haji mengalami kekosongan pemahaman, tidak tahu asal-asul serta tujuan mulia haji tersebut.
Misteri kota suci
Karenanya, menunaikan haji berarti usaha manusia mencari rahasia misteri Keilahian. Misteri itu tersembunyi di kota suci Mekah dan Madinah, dua kota yang wajib dilintasi setiap jemaah haji. Mungkin tidak banyak yang tahu asal-muasal Mekkah yang sebenarnya, mulanya kota ini sebenarnya tidaklah suci, dan bahkan sebagai 'kota kotor' karena di sana menjadi pusat penyembahan berhala. Namun, Tuhan rupanya mempunyai alasan lain sehingga kota itu pun diberi predikat 'suci'.
Di Mekah, jemaah haji bisa menyaksikan maqam Nabi Ibrahim. Orang Indonesia banyak yang salah paham tentang arti maqam. Mereka mengira maqam itu sama artinya dengan makam dalam bahasa Indonesia, yang artinya kuburan. Padahal, maqam Ibrahim yang dimaksud sebenarnya ialah tempat berdiri atau tempat menetap. Ada juga yang mengatakan maqam Ibrahim itulah tempat berteduh Nabi Ibrahim ketika membangun Kabah. Kemudian di Mekkah itu ada hij Ismail (batu Ismail), yang konon batu itulah tempat Ismail dulu membantu ayahnya mendirikan Kabah.
Tentang sejarah Kabah, Nurcholish Madjid (1997), memberikan informasi penting yang barangkali tidak semua orang menerima pendapatnya, yaitu kalau menurut sumber-sumber agama yang bersumber legenda, Mekah itu sebenarnya sudah ada dan dikenal dari Nabi Adam As (bukan Nabi Ibrahim As, sebagaimana diyakini sebagian orang).
Legenda menyatakan bahwa yang mendirikan Kabah itu ialah Nabi Adam as. Jadi, waktu Nabi Adam diusir dari surga dengan segala kesedihannya, ada satu yang paling disedihkan Adam, yaitu bahwa dia tidak lagi secara spiritual bisa mengikuti ibadahnya para malaikat, berkeliling mengitari Singgasana Allah ('Arasy). Kemudian, konon, menurut legenda yang ditulis dalam beberapa kitab, Adam dihibur Allah dengan dibolehkannya Adam membuat Kabah sebagai tiruan dari 'Arasy Allah itu. Maka dari itu, Adam diperintah Allah mengelilingi Kabah itu (tawaf). Jadi, tawaf itu ialah semacam cara ibadah menirukan malaikat mengelilingi 'Arasy Tuhan.
Sementara itu, Madinah ialah kota yang diyakini kaum muslimin sebagai kota suci kedua dalam Islam setelah Mekah. Kota yang dulunya bernama Yatsrib ini dibuat suci oleh Rasulullah SAW setelah hijrah dari Mekah ke kota itu (Madinah). Tentang Yatsrib, orang-orang Yunani konon, sudah mengetahuinya cukup lama, dengan nama Yethroba. Begitu pula dengan Mekkah, mereka sudah mengetahuinya dengan nama Macoraba, yang itu rupanya berasal dari bahasa Arab, yaitu Maqrabah, yang artinya tempat melaksanakan korban. Sejak lama tempat itu memang sudah dianggap tempat suci.
Itulah pernak-pernik misteri haji, yang walaupun mungkin dianggap remeh, tetap penting diketahui. Tanpa pengetahuan yang baik tentang keutamaan kota suci itu, rasanya bakal terasa hampa menunaikan ibadah, yang tidak hanya memerlukan banyak biaya, tapi juga menguras tenaga.
Pertanyaanya, bagaimana cara meraih predikat haji mabrur itu? Di banyak kitab-kitab fikih ada banyak keterangan yang menjawab pertanyaan ini. Namun, secara sederhana, dapatlah disimpulkan bahwa cara untuk meraih haji mabrur, di samping perlu menata niat dan hati yang bersih, juga tidak kalah pentingnya agar setiap individu wajib mengerti betul tentang makna serta tujuan haji itu sendiri, yang di dalamnya menyangkut setidaknya dua hal.
Pertama, memahami setiap apa yang diucapkan/dilafazkan, baik doa maupun bacaan-bacaan lainnya; dan kedua, melakukan internalisasi diri terhadap situs-situs suci yang dikunjungi di banyak tempat. Selamat berhaji. Semoga menjadi haji mabrur, haji yang membawa kebaikan kepada diri sendiri maupun orang lain.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved