Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Merawat Hasrat, Menerabas Sekat

Hariyanto
11/8/2015 00:00
Merawat Hasrat, Menerabas Sekat
()

MI/Rommy Pujianto





KEBERHASILAN umumnya menjadi muara dari segenap daya upaya. Ia kadang datang sesuai harapan. Namun, tak jarang pula yang gagal. Keberhasilan juga kerap datang terlalu cepat ketimbang yang dibayangkan, bak angin buritan yang tiba-tiba melesatkan.

Saya jadi teringat pada ungkapan bijak dari Mohandas Karamchand Gandhi. Pemimpin spiritual dan tokoh kemerdekaan India itu pernah bilang, "Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan hakiki."

Jejak pikiran Gandhi itulah yang memancar dari antusiasme para peserta workshop dan lomba foto jurnalistik bertema Potret kotaku di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Sabtu (8/8). Kegiatan yang digelar komunitas fotografi Media Indonesia, Dari Balik Lensa, itu diikuti 70 peserta. Mulai pelajar SMP hingga orang paruh baya bersemangat sejak awal hingga akhir acara.

Salah satu di antara mereka ialah Farnaz Rivaldy, mahasiswa sastra Inggris tingkat akhir Universitas Pasundan. Hasratnya mengikuti workshop hampir gagal karena kamera miliknya telah dipakai sang adik lebih dulu. Farnaz terpaksa menyewa kamera berikut lensanya seharga Rp225 ribu per hari demi mengikuti workshop tersebut. Hal itu ia sampaikan ketika datang telat pada sesi kedua pembahasan foto para peserta. Ia terlambat karena harus mengembalikan kamera pinjaman demi menghindari denda.

Pengorbanan Farnaz tidak sia-sia. Foto yang diabadikan remaja yang belum genap dua tahun menekuni fotografi itu menempati posisi ketiga. Ia tentu tidak menyangka bakal menjadi salah satu pemenang. Waktu itu ia hanya berniat mencari ilmu. Namun, sejak awal ia juga meyakini bahwa setiap usaha keras dan pengorbanan pasti akan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Dan, itu menjadi kenyataan.

Hal lain yang juga menarik ialah perbedaan usia yang begitu tajam tidak serta-merta membedakan hasil karya mereka. Kyra Modesty, misalnya. Siswi kelas 2 SMPK BPK Penabur Singgasana, Bandung itu membuktikan diri mampu bersaing dengan peserta lainnya yang lebih dewasa, termasuk ibunya. Foto bidikan Kyra tentang aktivitas penyapu jalan di depan Gedung Merdeka, Bandung, mampu menembus 10 besar mengalahkan lebih dari 100 foto yang dilombakan. Seperti sudah menjadi postulat, teknologi mampu menerabas sekat-sekat ruang, waktu, pengalaman, bahkan usia.

Teknologi fotografi yang melaju sangat cepat pun menjadi berkah bagi jutaan manusia. Kini, memotret menjadi kian mudah. Dengan peranti editing foto yang beraneka rupa, membuat foto bagus dan indah bukanlah perkara susah. Persaingan di antara sesama fotografer dan penggemar fotografi pun menjadi sangat ketat.

Namun, ketika kita bicara foto berita, bagus dan indah saja belumlah jangkap (lengkap). Foto berita setidaknya punya kekuatan mengusung makna. Dengan kekuatan makna itulah ia mampu memengaruhi, menggerakkan, dan menginspirasi siapa pun yang melihatnya. Inilah tantangan bagi para jurnalis foto.

Agar pekerjaan memotret bukanlah sebuah beban, lakukanlah kerja mengabadikan lanskap zaman itu dengan gairah dan kegembiraan. Seperti kata fotografer kondang Magnum Photos Alex Webb, "Memotretlah karena kamu mencintainya, dan karena bagimu hadiah terbesarnya adalah proses memotret itu sendiri."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya