Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SEKUMPULAN perempuan meneriakkan nama Ahok saat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyebutkan nama-nama yang berjasa atas revitalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/7) malam.
Anies menyebut nama Heng Ngantung, Edi Sunarso, Agus Dimara, Rosdi Husein, serta arsitek Yori Antar. Perempuan berseragam kotak-kotak yang duduk di tribun atas kiri, lantas meneriakkan nama Ahok sambil membentangkan spanduk: “Terima Kasih Basuki”
"Pak Ahok! Kangen Pak Ahok!" Teriakan sekumpulan perempuan itu menjadi viral dan ditanggapi berbeda oleh netizen.
Seorang netizen Tory Suryo bilang: ucapan Anies terimakasih ke kanan kiri tapi tak ada sedikitpun respect terimakasih ke Ahok sebagai pemrakarsa. Gak perlu opini pelintiran sok netral sok arif sok bijaksana.
Lalu dibalas oleh netizen lain, Muhammad Haidir: biasalah kalau emak-emak. Di jalan aja lampu sen kiri beloknya kanan, terus ketabrak sama orang malah orang yang salah. Katanya sih sudah nyalain lamu sen, helooo buk yang nyalakan sen kiri bukan kanan, maaf ni pengalaman saya sama ibuk2 atau emak2 yang kadang jalan punya dia sendiri.
Nama Ahok dan Anies seperti air dan minyak di mata warga Jakarta. Tidak bisa disatukan. Mungkin karena itu, Anies tak mau membawa-bawa nama Ahok. Sebab warga Jakarta yang pro dirinya bisa marah kalau memuji-muji Ahok. Sedangkan warga pro Ahok juga tidak rela kalau lembu punya susu tapi sapi yang punya nama.
Kedua belah pihak sama-sama pembayar pajak. Uang mereka lah yang membiayai tegak miringnya pembangunan Ibu Kota. Sadar akan hal itu, Anies menanggapi teriakan-teriakan itu dengan santai: Mudah-mudahan tempat ini jadi interaksi semua dengan latar belakang apa pun, pandangan apa pun.
Kangen Pak Ahok! Teriakan itu bagian dari kerinduan warga Ibu Kota yang pernah merasakan tangan dingin Ahok dalam membangun Jakarta. Mereka mendapatkan banyak hal mulai dari Jembatan Semanggi yang fenomenal, Kali Ciliwung jernih, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, hingga Masjid KH Hasyim Asy’ari di Pesakih, Daan Mogot, Jakarta Barat.
Masjid KH Hasyim Asy’ari berdiri megah di atas lahan seluas 2,4 hektare dengan bangunan sebesar 16.985,43 meter persegi. Masjid yang memiliki daya tampung hingga 12.500 jemaah ini memiliki arsitektur bangunan sentuhan khas Betawi yakni ornamen gigi balang dengan lima menara yang melambangkan Rukun Islam.
Masjid dikelilingi ruang terbuka hijau sehingga menghadirkan sirkulasi udara yang baik dan alami. Masjid KH Hasyim Asy’ari merupakan masjid raya pertama di Jakarta. Ide pembangunan bukan dari Ahok, melainkan Joko Widodo saat menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Jokowi kaget setelah mengetahui Masjid Istiqlal bukan milik Pemprov DKI. Lalau dia mencetuskan Jakarta harus punya masjid raya sendiri.
Jokowi keburu pindah ke Istana Merdeka, sehingga estafet diteruskan kepada Ahok.
Masjid KH Hasyim Asy’ari dibangun dengan dana Rp165 miliar dari APBD saat Gubernur DKI dijabat Basuki Tjahaja Purnama pada 2014.
Ibu-ibu yang berteriak-teriak kangen Ahok, sepertinya bukan anti pada Anies tapi rindu dengan karya cemerlangnya. Ahok tidak menghilangkan nama Jokowi saat mulai memimpin Jakarta.
Mantan Bupati Bangka Belitung itu meneruskan semua apa yang baik dari Jokowi. Seperti itulah kerinduan warga Ibu Kota. Ganti pimpinan, its oke, tapi jangan meluluhkan yang sudah baik.
Sah-sah saja rumah susun diganti rumah berlapis, penggusuran dengan memindahkan. Ini soal selera bahasa. Tapi jangan rugikan masyarakat pembayar pajak, yang dalam delapan bulan masa kepemimpinan Anies sebagai Gubernur DKI seharusnya sudah memberikan banyak, tapi sejauh ini emak-emak itu masih merasakan terlalu sedikit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved