Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Militan dan Milisi

Riko Alfonso/Asisten Redaktur Bahasa Media Indonesia
12/11/2017 00:31
Militan dan Milisi
(Wikipedia)

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada tulisan yang sempurna tanpa cacat. Saya percaya ungkapan itu terutama dalam khazanah penulisan. Merupakan hal yang lumrah terjadi jika kita menemukan bebera­pa kesalahan dalam sebuah tulisan. Mulai masalah galat tipografi, yakni kesalahan penulisan yang dibuat pada proses pengetikan, hingga yang lebih kompleks lagi, yakni kekurangtahuan penulis soal kaidah berbahasa. Galat tipografi merupakan kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan teknis akibat salah ketik atau selip jari.

Kesalahan lain saat menulis ialah kesalahan akibat kurangnya pengetahuan penulis mengenai kaidah berbahasa. Kesalahan itu sangat halus sehingga kadang dirasakan sudah benar oleh penulis. Kesalahan itu dapat terpantau oleh penulis yang sudah memahami kaidah berbahasa atau oleh editor bahasa yang sudah berpengalam­an. Kesalahan yang umum terjadi, tetapi sulit ‘terdeteksi’ oleh penulis ialah kesalahan penempatan kata dalam sebuah kalimat. Setiap kata yang memiliki kelas katanya sendiri ditempatkan tidak tepat dalam kalimat sehingga menimbulkan kerancuan. Misalnya, kata sifat ditempatkan selayaknya kata benda, atau sebaliknya.

Saat mengedit naskah, saya pernah menemukan kalimat, Militan asal Indonesia ditangkap di Kota Marawi, Filipina. Secara sepintas, kita bisa memahami maksud kalimat tersebut, bahwa ada ‘seorang gerilyawan asal Indonesia yang ditangkap di Filipina’. Akan tetapi, jika dikaji lebih mendalam, ternyata terdapat kesalahan dalam penempatan kata ‘militan’. Mana yang benar, militan, milisi, ataukah militansi?

Dalam KBBI, kata militan merupakan kata sifat (ajektiva) yang memiliki arti ‘bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras’. Adapun milisi merupakan kata benda (nomina) yang memiliki arti ‘orang yang menjadi prajurit karena memenuhi wajib militer’. Lalu militansi yang merupakan nomina memiliki arti ‘ketangguhan dalam berjuang’. Setelah memahami arti dari setiap kata tersebut, barulah kita menyadari bahwa penempatan kata militan dalam kalimat tadi tidak tepat. Seharusnya yang dipakai ialah kata milisi. Jadi, penulisan yang benar ialah, Milisi asal Indonesia ditangkap di Kota Marawi, Filipina.

Kasus yang sama saya temukan pula dalam kalimat Fundamental ekonomi nasional yang baik diharapkan dapat mendorong investor asing kembali melakukan aksi beli. Sudah benarkah pemakaian kata fundamental dalam kalimat tadi? Ternyata, kata fundamental merupakan ajektiva yang berarti ‘bersifat dasar (pokok)’. Jadi, pemakaian kata fundamental tidak tepat dalam kalimat tersebut. Kata fundamen yang merupakan nomina dan berarti ‘asas; dasar; hakikat’ seharusnya lebih tepat dipakai dalam kalimat tadi.

Pengenalan kelas kata seharusnya mulai menjadi perhatian khusus bagi setiap penulis yang menghen­daki tulisannya menjadi lebih baik. Profesor linguistik Harimurti Krida Laksana dalam bukunya, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, menyebutkan terdapat 13 kelas kata dalam bahasa Indonesia. Tiap kelas kata memiliki ciri dan fungsi masing-masing. Oleh karena itu, kita harus mulai mempelajari tiap kelas kata itu agar bisa tepat menempatkan sebuah kata dalam kalimat. Rajin mengecek kosakata di Kamus Besar Bahasa Indonesia juga merupakan kiat menghindari munculnya kesalahan ejaan atau kata.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya