Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Edukasi dan Deteksi Dini Kanker

Amelia Anggraini Anggota Komisi IX DPR RI, Fraksi Partai NasDem
28/10/2017 00:17
Edukasi dan Deteksi Dini Kanker
(thinkstock)

MARYAM meninggal terlalu cepat. Tapi, pengaruhnya akan terus mengins-pirasi ribuan perempuan untuk terus menekuni matematika dan sains. Ia memiliki kontribusi besar, baik sebagai ilmuwan maupun contoh anutan.

Kalimat di atas diucapkan Marck Tessier-Lavigne, Rektor Universitas Stanford, ketika menggambarkan sosok Maryam Mirzakhani, matematikawan kelahiran Teheran, Iran, yang juga profesor di Universitas Stanford. Maryam merupakan perempuan pertama peraih penghargaan Fidels Medal di bidang matematika, sebuah penghargaan prestisius setara Nobel.

Bulan Juli lalu, tiga tahun setelah menerima penghargaan Fidels Medal pada tahun 2014, Maryam meninggal di usia 40, ia meninggal setelah berjuang melawan kanker payudara yang sudah menyebar hingga ke bagian tulang belakangnya.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyebut kematian Maryam sebagai rasa duka yang mendalam. Sementara Firouz Naderi, ilmuan AS kelahiran Iran mengungkapkan perasaan dukanya dengan kalimat “Sebuah cahaya telah padam pada hari ini.”

Berselang satu bulan setelah meninggalnya Maryam, dunia hiburan Tanah Air juga berduka. Yulia Rachmawati, yang lebih dikenal dengan nama Julia Perez (Jupe), meninggal dunia di usia 36 tahun. Jupe meninggal setelah tiga tahun melawan kanker serviks.

Jupe merupakan aktris yang pada tahun 2013 meraih Piala Maya dalam kategori aktris utama terpilih, dan penghargaan pemeran utama wanita terpuji di Festival Film Bandung lewat perannya sebagai Malini di film Gending Sriwijaya.

Maryam dan Jupe merupakan dua dari sekian banyak orang yang bertahun-tahun berjuang melawan kanker dan berujung pada kematian. Meskipun tidak semua penderita kanker berujung pada kematian, kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia.

Ancaman nyata
Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah penderita kanker dunia terus meningkat dengan peningkatan persentase 20% setiap tahunnya. Pada 2012, data WHO menyebutkan ada 14 juta kasus baru dan 8,2 juta kematian akibat kanker.

Di Indonesia sendiri, setiap tahun diperkirakan muncul 100 penderita baru per 100 ribu penduduk. Dengan kata lain, jika jumlah penduduk Indonesia 250 juta, ada 250.000 penderita baru yang diduga mengidap penyakit kanker. Bahkan WHO memprediksi, pada 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker hingga tujuh kali lipat di Indonesia.

Jumlah kanker tertinggi yang menyerang perempuan di Indonesia ialah kanker payudara dan kanker serviks, sedangkan pada laki-laki ialah kanker paru dan kanker kolorektal. Adapun leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak.

Jumlah penderita kanker yang terdata saat ini, baik dalam skala dunia maupun nasional, tentu saja belum mewakili jumlah keseluruhan penderita kanker yang sebenarnya. Karena yang terdata hanyalah yang telah menjalani pemeriksaan dan pengobatan. Sementara, bukan tidak mungkin masih banyak penderita kanker yang belum terdata.
Hal itu bisa terjadi karena orang tidak menyadari bahwa tubuhnya mengidap kanker. Mirisnya, itu disebabkan karena kebanyakan mereka tidak memiliki biaya untuk menjalani pemeriksaan dan terlebih lagi pengobatan.

Sekadar untuk diketahui, biaya pengobatan penyakit kanker jauh lebih besar ketimbang pengobatan penyakit yang lain. Pada rentang Januari hingga Juni 2014, Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) mencatat, jumlah kasus kanker di Indonesia mencapai 88.106. Jumlah itu diperkirakan bisa menelan biaya rawat jalan sebesar Rp124,7 miliar. Bandingkan dengan penyakit ginjal dalam kurun waktu yang sama, biaya rawat jalan yang dihabiskan untuk 889.356 kasus, diperkirakan hanya sebesar Rp869,5 miliar.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa penyakit kanker menjadi ancaman serius bagi bangsa ini. Menurut data ASEAN Cost In Oncologi, lebih dari 70% penderita kanker di Indonesia berujung pada kematian. Tidak hanya itu, beban pengobatan juga sangat berat bagi para penderita kanker. Oleh karena itu, penyakit kanker ini menjadi problem serius bagi pemerintah dan semua pihak.

Deteksi sejak dini
Ada empat tindakan yang dikenal dalam dunia kesehatan, yakni promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam hal penyakit kanker, promotif dan preventif yang merupakan bagian dari upaya pencegahan justru sering kali terabaikan.

Kita patut mengapresiasi upaya pemerintah lewat Kementerian Kesehatan yang telah menganjurkan masyarakat, khususnya perempuan, untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara. Saat ini, lebih dari 3.700 puskesmas di seluruh Indonesia telah dilatih dalam pelayanan deteksi dini penyakit kanker serviks dan payudara.

Kanker bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, banyaknya kasus kematian akibat penyakit kanker sebagian besar akibat kurangnya pengetahuan terhadap penyakit ini, sehingga kanker tidak terdeteksi sejak dini dan diagnosis menjadi terlambat.
Hasil penelitian WHO menyebutkan bahwa di Indonesia tindakan skrining masih minim dilakukan. Sering kali kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Alhasil, pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit dan biaya pengobatannya juga semakin mahal.

Membangun kesadaran
Orang takut terbakar karena sadar bahwa api itu panas. Penyakit pun demikian. Pengetahuan tentang bahayanya suatu penyakit akan membuat orang mawas diri agar tidak terdampak. Dengan demikian ada kesadaran untuk menjauhi hal-hal yang mengakibatkan penyakit itu datang.
Para ahli memperkirakan 40% kanker dapat dicegah dengan mengurangi faktor risiko terjadinya kanker tersebut. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah faktor risiko dan peningkatan program pencegahan dan penanggulangan yang tepat.

Upaya-upaya tersebut sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan penerbitan seabrek regulasi yang pada nyatanya terasa berat untuk diekskusi. Lebih dari itu dibutuhkan upaya-upaya konkret, misalnya memberikan edukasi yang masif kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit kanker menjadi lebih mudah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya