Atlet juga Perlu Perbaikan Nutrisi

NURUL FADILLAH
09/11/2016 04:40
Atlet juga Perlu Perbaikan Nutrisi
(FOTO ANTARA/FENY)

AMBISI Indonesia untuk meningkatkan prestasi para atlet dipastikan tidak akan mudah. Selain dibutuhkan waktu panjang, salah satu kekurangan para atlet Indonesia alah nutrisi. Direktur Nutrisi Olahraga Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas, Emilia E Achmadi, mengungkapkan saat ini para atlet masih belum menerapkan level nutrisi yang seimbang. Padahal, menurut Emilia, perbaikan nutrisi para atlet sangat penting diterapkan jika ingin meraih prestasi di multiajang sekelas Asian Games ataupun Olimpiade.

Untuk itu, kata dia, para atlet terutama yang tergabung di pelatnas memerlukan proses bertahap, mulai SEA Games 2017, Asian Games 2018, SEA Games 2019, hingga akhirnya Olimpiade 2020. Proses yang dikenal dengan podium pathway tersebut tidak terlepas dari permasalahan nutrisi yang selama ini masih kurang diperhatikan. “Nutrisi jelas tidak bisa dikesampingkan dalam penerapan sport science di antara para atlet elite kita. Idealnya jika kita menerapkannya sejak sekarang, hasil realistisnya baru dapat dipetik Olimpiade 2024.

Jadi, kita tidak boleh menunda lagi soal perbaikan gizi dan nutrisi para atlet,” ujar Emilia di Jakarta, Selasa (8/11). Ia pun menjelaskan ada empat level nutrisi yang harus dipenuh para atlet jika ingin dapat bersaing dengan atlet luar negeri. Level pertama ialah pemilihan makanan terkait dengan kombinasi dan porsi. Kedua ialah level persentase pemula tentang kebutuhan karbohidrat, lemak dan sebagainya. Ketiga, level asupan kalori dan porsi yang menyesuaikan kondisi atlet di tiap-tiap cabang. Yang keempat ialah suplemen.

“Sayangnya, baik dari cabang olahraga proyeksi Olimpiade maupun non-Olimpiade, hanya 10%-20% cabang yang sangat serius mau berubah dan menerapkan, sedangkan yang lainnya baru sampai edukasi, sementara implementasinya tidak ada. Padahal, kita ingin membuat suatu terobosan, artinya pemberitahuan dan penerapan nutrisi yang baru yang sayangnya sampai sekarang masih sebatas wacana dan belum diimplementasikan,” papar Emilia. Perbaikan gizi dan nutrisi para atlet, lanjut Emilia, juga perlu didukung anggaran.

Menurutnya, idealnya uang makan atlet ialah Rp350 ribu-Rp400 ribu per hari. “Itu sudah termasuk sarapan, nutrisi untuk pemulihan, makan siang, malam, dan lainlain. Sayangnya, saat ini atlet hanya dikasih uang sakit Rp500 ribu per hari, yakni Rp300 ribu untuk makan dan Rp200 ribu untuk akomodasi. Itu berarti masih kurang memenuhi kebutuhan atlet,” pungkasnya.

Disesuaikan
Pada bagian lain, memasuki hari kedua tes atlet pelatnas, 39 dari 7 cabang olahraga menjalani tes fisik setelah lolos dari tes kesehatan yangg diadakan Senin (7/11). Dari delapan atlet pelatnas wushu yang dijadwalkan mengikuti tes, dua di antara mereka, yakni Juwita dan Hulaefi , tidak dapat hadir karena tengah menjalani persiapan uji coba di Kejuaraan
Dunia Taolu 2016 di Fuzhou, Tiongkok. Selain wushu, atlet lain yang hadir ialah ski air, tenis, skuas, golf, triatlon, dan biliar. Direktur High Performance Lomba I Satlak Prima, Hadi Wihardja, menuturkan para atlet itu menjalani beberapa tes yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya