Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Daerah Menabur Benih,Negara Menuai Prestasi

Ghani Nurcahyadi
01/10/2016 03:30
Daerah Menabur Benih,Negara Menuai Prestasi
(MI/ROMMY PUJIANTO)

GEGAP gempita multiajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat 2016 baru saja berakhir pada Kamis (29/9) malam.
Sirene panjang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Gedebage, Bandung, Jabar, menandai berakhirnya pesta olahraga nasional empat tahunan yang melibatkan 9.249 atlet dari 34 provinsi di Indonesia itu. Tuan rumah Jawa Barat patut berbangga karena dua target awal yang mereka canangkan, yaitu sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi mampu mereka capai. Jabar yang menurunkan jumlah atlet terbanyak keluar sebagai juara umum dengan raihan 217 medali emas, 157 perak, dan 157 perunggu. Kebanggaan juga bukan menjadi milik Jawa Barat yang menjadi juara umum, kebanggaan serupa juga menjadi hak bagi induk cabang olahraga yang dipentaskan dalam PON XIX Jabar 2016.

PON menjadi sarana bagi para atlet daerah untuk menunjukkan kualitas agar kemudian bisa menjadi wakil Indonesia di pentas internasional. "Kami sudah menugaskan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas untuk memantau para juara PON agar nanti bisa dikonsentrasikan di pemusatan latihan nasional yang dikelola oleh pemerintah pusat. Hasil PON betul-betul menjadi momentum menyeleksi atlet hebat Indonesia untuk Asian Games 2018 dan Olimpiade 2020," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Sejumlah atlet daerah, yang sebelumnya tidak pernah bergabung dengan pelatnas, memang tampil luar biasa dalam PON. Tengok saja Angel Gabriella Yus, perenang dari Provinsi Kalimantan Utara, yang memecahkan dua rekor nasional di nomor 50 meter gaya kupu-kupu putri dan 100 meter gaya kupu-kupu putri.

Angel memang pernah masuk ke pelatnas renang, tapi kemudian keluar karena ingin fokus menghadapi PON. Hasilnya, sejumlah perenang yang sudah lama berlatih di pelatnas, mampu ia lewati. Dua rekor nasional menjadi bukti sahih kehebatannya di kolam renang. "Setelah ini saya ingin bisa tampil di SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade," kata pelajar SMP Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta itu. Bibit atlet potensial juga muncul di arena atletik. Emilia Nova, pelari asal DKI Jakarta yang sempat masuk pelatnas, menunjukkan kualitasnya dengan meruntuhkan dominasi seniornya, Dedeh Erawati, yang sebelumnya mempunyai julukan 'ratu lari gawang Indonesia'. Meski hanya rekor nasional pada nomor saptalomba yang ia ciptakan, Emilia dipastikan menjadi andalan baru bagi Indonesia di cabang atletik. "Para atlet yang ambil bagian di PON menjadi kerangka SEA Games, Asian Games, dan kejuraan internasional lainnya. Saya melihat sendiri ada potensi itu," kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Mohammad 'Bob' Hasan.

Di lantai senam, bibit atlet baru Indonesia juga sudah terlihat dengan kemunculan, Rifa Irfanaluthfi.
Pada disiplin senam artistik, Rifa yang baru berusia 16 tahun, tampil memukau dengan merebut tiga medali emas.
Hebatnya, salah satu medalinya didapat melalui nomor all around (semua alat) yang punya tingkat kesulitan tinggi.
Legenda senam Indonesia, Jonathan Sianturi, mengungkapkan kebangkitan olahraga senam Indonesia juga menjadi perhatian dari negara lain. Di arena GOR Arcamanik, arena cabang senam PON Jabar 2016, ia bahkan melihat ada pelatih senam asal Malaysia yang selalu menonton pertandingan sejak hari pertama olahraga senam dipertandingkan.

Perlu evaluasi
Sejatinya, bibit atlet potensial itu bukan hanya muncul dari tiga cabang olahraga yang sering disebut-sebut sebagai mother of sport itu. Di cabang olahraga lain, sejumlah atlet muda dan nonpelatnas juga menonjol. Di cabang olahraga taekwondo misalnya, Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI), Marciano Norman, mengaku bangga dengan pencapaian sejumlah taekwondoin nonpelatnas. Beberapa taekwondoin nonpelatnas yang tampil trengginas di atas matras, terlihat di nomor kyorugi (tarung), seperti Deva Rizky dari Sumatra Barat dan Muhammad Rizaldi dari Jabar.
"Sebaran medali di nomor kyorugi ini sudah merata. Itu artinya perkembangannya positif. Misi kita di PON memang mempersiapkan atlet untuk ke Asian Games 2018 dan Olimpiade 2020," kata Marciano. Meski demikian, di cabang olahraga bela diri, terutama untuk nomor tarung, bibit atlet potensial tak terlalu terlihat karena banyaknya kekisruhan yang melibatkan atlet, ofisial, dan wasit. Di cabor wushu dan gulat misalnya, sempat tercipta sejumlah kerusuhan kecil karena ketidakpuasan kontingen terhadap keputusan wasit. Dalam laporan pelaksanaan pertandingan PON XIX Jabar 2016 Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PB PJSI) dinyatakan sejumlah wasit yang memimpin pertandingan disebut kurang berkualitas sehingga menimbulkan keputusan kontroversial. Komunikasi yang kurang antara panpel dan Panitia Besar PON pun menjadi bagian dari munculnya masalah. "Karena itu harus segera dilakukan evaluasi, salah satunya ialah meningkatkan kualitas dan mutu perwasitan melalui seminar dan penataran. Jadi, wasit yang memimpin pertandingan benar-benar wasit yang berkualitas. PB PJSI juga harus terlibat langsung dalam evaluasi," kata pengurus PB PJSI, AI Soemantri.

Perawatan aset
Ketua umum PB PON XIX Jabar 2016, Ahmad Heryawan, pun tidak memungkiri bahwa memang ada sejumlah permasalahan di beberapa cabang. Namun, menurutnya, hal itu merupakan bagian dari dinamika pertandingan dan hanya riak kecil yang tidak mengganggu jalannya PON secara keseluruhan. Buktinya, kata dia, dari 5.205 pertandingan di PON, hanya 11 pertandingan yang terkendala akibat kerusuhan. "Itu artinya hanya nol sekian persen pertandingan PON terkendala. Seluruh 44 cabang di 16 kabupaten/kota berjalan lancar dan tepat waktu, hanya satu cabang yang jadwalnya molor," ujarnya. Senada dengan Aher, ketua umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Tono Suratman yang juga sebagai Ketua Dewan Pengawas dan Pengarah PB PON, menilai pelaksanaan PON XIX Jabar 2016 sudah berjalan sesuai harapan. Ia pun mengungkapkan hanya ada sembilan gugatan yang masuk ke Dewan Hakim PB PON, bahkan satu gugatan ditarik oleh Provinsi DKI Jakarta. Terlepas dari itu, ia berharap Pemprov Jabar untuk merawat semua arena bekas pertandingan.
"Kita biasanya bisa membangun, tetapi tidak bisa merawat. Saya harapkan sekali agar aset-aset dirawat dan bisa terus dimanfaatkan." Di sisi lain, sebagian besar KONI provinsi di Indonesia mengharapkan penyelenggaraan PON ke depan dapat lebih baik lagi. Hal itu merujuk pada sejumlah 'kegaduhan' yang terjadi di arena PON 2016. Walau menilai PON XIX Jabar berjalan dengan sukses, mereka meminta pelaksana melakukan evaluasi. "Hal yang perlu disoroti dalam PON tahun ini ialah pelaksanaan pertandingan. Kalau dari segi akomodasi sudah sangat bagus. Karena itu kami berikan rekomendasi kepada KONI pusat. Rekomendasi yang kami susun ini ialah untuk PON mendatang," kata koordinator Kaukus KONI se-Provinsi, Djamhuron P Wibowo. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya