Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
KESUKSESAN cabang atletik mempersembahkan tiga medali emas untuk kontingen Indonesia di Asian Para Games 2018, kemarin, disambut gembira pelatih Purwo Adi Sanyoto.
Ia menyebut raihan tiga medali emas, satu perak, dan satu medali perunggu merupakan hasil dari perjuangan para atlet. Sebagai pelatih, ia mengaku bangga.
Meski begitu, ia juga berharap raihan itu tidak berhenti sampai di sini. Dengan kata lain, dia berharap cabang para-atletik masih akan menyumbang emas pada hari-hari selanjutnya.
“Semoga prestasi membawa semangat positif kepada para atlet lain. Masih ada beberapa hari lagi sampai Jumat (12/10),” ujar Purwo.
Dia melanjutkan, medali emas Suparniyati di nomor tolak peluru F20 putri dan Rica Oktavia di lompat jauh T20 putri, dan Sapto Yogo Purnomo (200 meter T37) memang sesuai prediksi tim pelatih. Kendati demikian, pencapaian itu menjadi sejarah bagi Suparniyati dan Rica karena menjadi medali emas pertama keduanya di Asian Para Games.
Apalagi, keduanya juga melampaui rekor Asia. Suparniyati melewati rekor Asia 10,71 meter yang ditorehkan atlet Malaysia di Paralimpiade 2012, Inggris. Adapun lompatan Rica Oktavia sejauh 5,25 meter, memecahkan rekor Asia yang bertahan sejak 2016 yang dipegang atlet Malaysia Siti Noor Radiah Ismail (5,20 meter) yang dibuat di Paralimpiade 2016.
Sementara itu, Rica Oktavia mengaku gembira saat mengetahui catatan lompatannya memecahkan rekor Asia yang bertahan sejak 2016.
“Alhamdulillah bisa melewati rekor Asia. Saya senang bisa mencapai target medali emas,” kata Rica.
“Saya mau bertanding di Paralimpiade 2020 di Tokyo. Tapi, sebelum itu, saya mau menaikkan haji ayah dan ibu.”
Atlet lompat jauh putra pada kategori T45/46/47 Setio Budi Hartanto yang memperoleh medali perak juga mengaku senang. “Awalnya saya pesimistis untuk ikut pelatnas karena umur. Alhamdulillah waktu itu catatan saya masih baik dan bisa ikut dipercaya mewakili Indonesia,” tuturnya.
Penuhi janji
Dari cabang balap sepeda, Muhammad Fadli Imamuddin mengaku bangga bisa menyumbang perak. Apalagi prestasi tersebut diraih dihadapan keluarga serta orang-orang terdekat yang mendukung kariernya dan salah satunya dokter Kiki Novito. “Ini janji saya 3,5 tahun yang lalu pada dokter. Saya akan bangkit dan inilah hasilnya,” kata Muhammad Fadli Imamuddin yang tampil di nomor C4 individual time trial di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/10).
Kiki Novito merupakan dokter spesialis bedah ortopedi yang menangani Fadli seusai kecelakaan pada kejuaraan balap motor Asia di Sentul. Saat itu kaki kiri Fadli mengalami luka hebat dan harus diamputasi.
Menurut Fadli, dokter yang selama ini sudah dianggap seperti keluarga memang terus mantau kondisinya meski dirinya telah menekuni balap sepeda. Hubungan secara personal juga terus dilakukan termasuk dengan keluarga kedua belah pihak.
“Dokter Kiki memang datang secara khusus untuk melihat saya meski sibuk. Tadi, dokter menonton bersama anak istri saya, orang tua hingga mertua saya.”
Setelah memastikan diri meraih medali perak, anak dan istri berikut dokter Kiki Novito langsung menghampiri Fadli di paddock. Mereka datang dengan menggunakan kaos putih yang bergambakan M. Fadli.
“Fadli benar-benar membuktikan janjinya. Dia bisa bangkit.” kata Kiki. (Ant/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved