Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Berharap Kejutan dari Lintasan Atletik

Nurul Fadillah
16/8/2018 06:50
Berharap Kejutan dari Lintasan Atletik
(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

ATLETIK memang bukan cabang olahraga andalan Indonesia dalam setiap multiajang. Jangankan Asian Games, bahkan multiajang sekelas SEA Games pun, cabang atletik kurang diandalkan.
Bukan tanpa alasan tentu. Inferiornya prestasi para atlet Indonesia ketimbang lawan memang alasan. Ironis memang, jika melihat cabang menyediakan medali emas yang begitu banyak.

Meski demikian bukan berarti cabang atletik tidak pernah memberikan prestasi. Kita tentu masih ingat prestasi Supriyati Sutono saat menjadi kampiun di nomor 5.000 meter putri pada edisi Asian Games Bangkok 1998.

Itulah momen pertama bagi Indonesia kembali meraih emas dari cabang atletik sejak terakhir kali meraih 2 emas melalui Mohammad Sarengat di nomor 100 meter putra dan 110 meter lari gawang putra pada Asian Games Jakarta 1962 silam. Sejak itu, Indonesia belum pernah lagi meraih medali dari atletik hingga akhirnya pada Asian Games Incheon 2014 lalu, Maria Londa kembali mengangkat prestasi Indonesia dari nomor lompat jauh.

Suatu kejutan yang diberikan atlet asal Bali tersebut ketika atletik sesungguhnya tidak diunggulkan di Incheon. Dengan lompatan sejauh 6,55 meter, Londa tak hanya meraih emas, tetapi juga tembus kualifikasi Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016.

Dalam edisi Asian Games 2018, Indonesia kembali mengharapkan kejutan atletik. Sebagai tuan rumah penyelenggara, atletik diharapkan dapat menyumbang pundi-pundi emas bagi Merah Putih.

“Ya atletik itu kan spesialis kejutan, jadi mari kita dukung saja supaya mereka bisa menampilkan yang terbaik untuk Indonesia. Sekarang ini untuk memenangi pertandingan itu secara general teknik harus diperbaiki dan dikuasai, sedangkan fisik itu sebetulnya hanya mendukung,” ujar Tigor Tanjung, Sekretaris Jenderal PB PASI kepada Media Indonesia, pekan lalu.

“Itulah sebabnya Pak Ketua Umum (Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI) bela-belain memanggil Harry Marra yang memang dengan pengalamannya yang segudang dan sudah sekian tahun itu untuk memperbaiki teknik para atlet,” tegasnya.

Untuk meraih hasil yang maksimal, kontingen atletik mendatangkan pelatih teknik asal Amerika Serikat, Harry Marra. Marra sudah didatangkan sejak tim atletik mempersiapkan diri menjelang SEA Games Kuala Lumpur 2017 lalu, meskipun Marra hanya bertindak sebagai konsultan pelatih yang datang hanya sesekali.

Namun tahun ini, tim atletik memilih berlatih langsung di kampung halaman Marra selama satu bulan. Sebanyak 13 atlet pelatnas Asian Games diberangkatkan untuk mengikuti pelatihan di Santa Barbara, California, Amerika Serikat sejak 1-30 April, yaitu Atjong Tio Purwanto, Bayu Kartanegara, Eki Febri Ekawati, Eko Rimbawan, Emilia Nova, Yaspi Boby, Fadlin Ahmad, Idan Fauzan Richsan, Lalu Muhammad Zohri, Maria Natalia Londa, Rio Maholtra, Sapwaturrahman, dan Suwandi Wijaya.

Menjelang Asian Games, mereka juga sempat mengikuti beberapa kali uji coba, seperti Rio Maholtra yang turun di IAAF WOrld Indoor Championship 2018 di Birmingham Inggris, pada 28 Februari-6 Maret, dan Hendro yang berpartisipasi dalam ajang Asian Race Walk 20 km Championship 2018 di Naomi, Jepang pada 16-20 Maret. Bahkan, sebanyak sembilan atlet juga diberangkatkan ke ajang Korea Terbuka 2018 di Gyeongsangbukdo, Korea Selatan pada 16-17 Juni lalu. Dari turnamen tersebut, Indonesia meraih 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu.

Emas Indonesia berhasil disumbangkan timnas estafet 4x100 meter putra dengan waktu 39.76 detik, sedangkan emas lain disumbangkan Sapwaturrahman di nomor lompat jauh putra dengan jarak lompatan 7.98 meter. Kedua emas ini menjadi motivasi bagi timnas atletik untuk meraih prestasi di Asian Games 2018.

Ketua Umum PB PASI Bob Hasan menganggap adanya peluang dari dua nomor estafet dan lompat jauh. “Peluang ada, peluang pasti selalu ada, tetapi itu tergantung kondisi nanti, kalau atlet lain tegang ya kita bisa menang.”

Kerja keras

Berbicara nomor unggulan, tim atletik Indonesia memang menaruh harapan di nomor estafet dan lompat jauh. Tapi sejatinya, untuk dapat bersaing di multiajang terbesar se-Asia tersebut dibutuhkan kerja keras dan mental bertanding yang kuat.

Pasalnya, mereka harus mengalahkan lawan-lawan terkuat sekelas Tiongkok dan Jepang. Di nomor estafet, tim Tiongkok mencatat waktu tercepat 37,99 detik dan meraih emas di Asian Games 2014 sedangkan Jepang yang berada di posisi kedua mencatat waktu 38,49 detik, disusul Hong Kong di posisi ketiga dengan 38,98 detik.

Sementara itu, hingga sesi latihan terakhir 27 Juli lalu, tim estafet baru berhasil mencatat waktu tercepat 39,59 detik.

“Target kami 38,50 detik untuk bisa bersaing, dan di sisa waktu yang ada kami optimistis dapat mencapai target itu,” tandas Eni Nuranini, pelatih estafet Indonesia.

Begitu pula dengan Sapwaturrahman yang kini mencatat jarak terbaik 7,79 meter. Di Asian Games nanti, Sapwaturrahman harus menghadapi penantang dari Tiongkok atas nama Li Jinzhe yang meraih emas di Incheon dengan lompatan sejauh 8,01 meter.

Di sisi lain, karena penentuan nomor prioritas, pemerintah hanya mengabulkan 16 atlet yang masuk pelatihan Asian Games 2018. Artinya, jika mengikuti keinginan pemerintah, atlet Indonesia hanya dapat berpartisipasi dalam 12 nomor pertandingan. PB PASI pun tak ingin atlet-atlet yang lain tidak merasakan euforia Asian Games, apalagi mengingat Indonesia sebagai tuan rumah.

Sebanyak 58 atlet dikerahkan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia untuk memperjuangkan prestasi terbaik. Dari 48 nomor yang dipertandingkan, mereka akan berpartisipasi di 42 nomor. (R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya