Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
"KITA nanti langsung ke Purwokerto ya, Mah?" tanya bocah berusia 12 tahun, Rasyid Azmi Ghiffary, kepada ibunya. Sang ibu, Yulida Sri Wahyuni, pun tidak kuasa menolak keinginan putranya.
Kekecewaan memang tergambar jelas pada raut wajah Rasyid seusai kalah pada pertandingan final U-13 Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis yang berlangsung di GOR Bima, Kota Cirebon, kemarin (Senin, 24/7).
Yulida yang terus mendampingi anaknya bertanding pun berusaha menyemangatinya. Ia bahkan mendukung keinginan Rasyid untuk kembali mengikuti Audisi Djarum selanjutnya yang berlangsung di Purwokerto.
Namun, rencana tinggal rencana. Selembar supertiket yang diberikan salah satu anggota tim pencari bakat Audisi Djarum, Lius Pongoh, mengubah segalanya.
Dengan supertiket itu berarti impian Rasyid untuk berlaga di grand final Audisi Djarum di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, pada September mendatang tercapai. Sontak tangis haru Rasyid memecah keheningan. Bukan hanya Rasyid, sang ibu pun turut berlinang air mata.
Rasyid memang begitu menggemari bulu tangkis. Ia mulai menekuni olahraga tepok bulu itu sejak kelas 4 SD. Orangtuanya bahkan sampai mendatangkan pelatih bulu tangkis.
Dia pun sudah berkali-kali mengikuti Audisi Djarum. Dimulai pada 2015 di kampung halamannya sendiri, Medan, Sumatra Utara. Namun, saat itu dia kandas.
Tidak mau menyerah, pada 2016 Rasyid kembali mengikuti audisi di Kudus. Lagi-lagi dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Kegagalan demi kegagalan ternyata tidak menyurutkan Rasyid. Ia bahkan minta orangtuanya pindah ke Jawa.
"Justru Rasyid yang terus menyemangati saya. Seusai kekalahan di Kudus, saya akhirnya memindahkan sekolah Rasydi ke Kudus," tutur Yulida yang rela meninggalkan sang suami di Medan demi mendampingi sang buah hati.
Pada 2017 Rasyid kembali mencoba peruntungan di Audisi Djarum Pekanbaru, Riau. Sayangnya dia gagal di final. Kegagalan serupa terjadi di Cirebon, Jawa Barat. Namun, ketika melihat bakat Rasyid, para pencari bakat sepertinya berkenan memberinya tiket.
"Syukurlah kami tidak jadi ke Purwokerto. Tapi memang Rasyid harus berlatih teknik lebih giat lagi jika ingin mengikuti jejak kakaknya, Muhammad Bayu Pangisthu, yang kini ada di pelatnas," ujar Yulida.
Jangan menyerah
Dari audisi Cirebon, tim pencari bakat meloloskan 15 atlet. Tiga di antaranya diberikan kepada atlet yang kalah di final tapi dinilai punya potensi, termasuk Rasyid.
"Dari awal kita melihat, sekalipun anak-anak ini kalah, mereka memiliki potensi. Kemampuan dan teknik mereka tidak jauh berbeda dari yang menang," kata ketua tim pencari bakat, Christian Hadinata. Ia pun meminta para atlet muda yang belum berhasil untuk tidak menyerah karena jalan mereka masih panjang.
"Kepada adik-adik yang belum berhasil, saya minta tidak cepat patah semangat. Masih ada audisi di kota lain. Jadi jangan menyerah," ujar legenda bulu tangkis Indonesia tersebut. Tidak lupa ia pun meminta pihak orangtua untuk terus mendukung anak-anak mereka.(R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved