Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Melarung Sesaji di Tengah Erupsi

(AB/X-9)
28/12/2015 00:00
Melarung Sesaji di Tengah Erupsi
(MI/Abdus Syukur)
KEYAKINAN warga suku Tengger bahwa Gunung Bromo akan selalu memberikan berkahnya betul-betul mengakar. Di tengah erupsi Gunung Bromo, mereka justru menggelar ritual dengan melempar sesaji ke kawah yang membuncah. Secara ilmiah, erupsi Gunung Bromo yang mengeluarkan asap pekat mengandung zat kimia belerang dan silika berbahaya untuk kesehatan.

Namun, bagi warga suku Tengger yang merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari Gunung Bromo, marabahaya itu bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan. "Kami yakin, saat ritual, ketika kami menyatu dengan alam kawasan Gunung Bromo secara keseluruhan, para leluhur dan dayang akan melindungi kami. Bahkan saat ritual berlangsung, gelegar dan asap yang keluar berhenti sesaat seperti ada jeda untuk memberi kami kesempatan," kata Trisno Sudigdo, sesepuh warga Tengger Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, kemarin.

Ritual dipimpin para sesepuh serta dukun adat suku Tengger dan dilanjutkan dengan perjalanan menuju ke kawah untuk larung sesaji. "Jumat (25/12) Legi kami menggelar ritual awal untuk berkomunikasi terkait dengan sesaji yang dikehendaki Mbah Bromo. Sesaji yang diinginkan ialah akar bahar dan rumput laut," terang Trisno yang juga fasilitator destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Warga Tengger berkeyakinan bahwa erupsi saat ini merupakan fase lima tahunan pada Gunung Bromo. Mereka yakin, Mbah Bromo sedang membangun.

"Pada 2010, Kerajaan Bromo membangun untuk tingkat 14 dan saat ini tingkatnya ditambah lagi. Kami yakin, erupsi Gunung Bromo memberikan manfaat. Erupsi justru membuat panorama indah dengan asap yang membubung tinggi, the best smoke in the world," tandas Trisno. Siswanto, warga asli Tengger yang sering tubuhnya kerasukan roh Mbah Bromo, menginformasikan pada Rabu (23/12) Wage dia bersama temannya, Slamet, melarung sesaji lebih dulu ke kawah Bromo.

"Larung yang saya lakukan untuk membuka pintu dan minta izin saja. Saya larung dua butir telur angsa sesuai bisikan yang saya terima sebelumnya." Keyakinan warga Tengger itu memang sulit diterima nalar, tetapi itulah kearifan lokal yang tak boleh ditentang. Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari pun mengatakan pihaknya menghormati keyakinan itu dan tidak akan pernah melarang mereka menggelar ritual meski Bromo erupsi. "Tugas kami memang untuk konservasi, selain alam, konservasi juga untuk budaya masyarakat setempat yakni warga Tengger. Kami sangat menghargai keyakinan warga Tengger dan kami persilakan mereka menggelar ritual," ucap Ayu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya