Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Nganggung, Silaturahim Warga di Babel

Rendy Ferdiansyah/X-4
26/12/2015 00:00
Nganggung, Silaturahim Warga di Babel
Warga masyarakat di Provinsi Bangka Belitung sedang melakasanakan tradisi Nganggung atau makan bersama pada perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.(MI/Rendy)

SETIAP daerah di Nusantara memiliki cara berbeda-beda dalam memperingati hari kelahiran (Maulud) Nabi Muhammad SAW yang jatuh Kamis (24/12).

Warga masyarakat di Provinsi Bangka Belitung tidak pernah meninggalkan tradisi Nganggung atau makan bersama dalam setiap perayaan kelahiran Nabi Muhammad tersebut.

Tradisi makan bersama-sama itu memiliki makna mempererat jalinan silaturahim di antara warga sebagai tradisi turun-temurun yang mengakar sejak zaman dulu kala.

Sebagaimana diungkapkan oleh Gubernur Provinsi Bangka Belitung Rustam Efendi.

"Nganggung berarti membawa makanan dalam wadah yang ditutup tudung saji dari anyaman daun nipah atau pandan serta dihiasi warna merah hijau dan kuning. Nganggung diadakan untuk memeringati hari besar agama Islam, yakni menyambut tamu kehormatan, acara selamatan orang meninggal, hajatan pernikahan atau acara apa pun yang melibatkan orang banyak."

Kata Nganggung, lanjut Rustam, berasal dari kata anggung yang berarti menempatkan dulang di atas bahu untuk dibawa ke masjid atau tempat dilaksanakan makan bersama.

Dulu dulang, wadah nasi, lauk-pauk ataupun buah-buahan terbuat dari kuningan.

Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dulang pun berganti terbuat dari logam biasa.

"Bahan kuningan sekarang sudah langka," kata Rustam sembari terkekeh.

Salah satu kegiatan agama di Bangka Belitung yang kental dengan nuansa Nganggung berlangsung saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW seperti di Kampung Meleset, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, Kamis (24/12).

Dalam acara di tengah terik matahari tersebut, ratusan warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, berduyun-duyun datang.

Rustam mengakui warga masyarakat secara sukarela menyajikan sedulang makanan untuk dihidangkan berjejer kepada khalayak di tengah jalan lalu dimakan bersama.

Selain itu, menurut Rustam, masyarakat pun dipersilakan mengambil beberapa butir telur yang digantung di sejumlah pohon pisang di sekitar lokasi Nganggung.

"Memang ada yang Nganggung di masjid dan tidak sedikit yang menggelarnya di jalan raya. Sehabis makan bersama, telur yang sengaja digantung di pohon pisang tersebut menjadi rebutan anak-anak ataupun ibu rumah tangga," ujar Rustam.

Nganggung sebagai warisan budaya yang sudah berlangsung turun-temurun selama berpuluh tahun seyogianya dipelihara agar tidak hilang ditelan kemajuan zaman.

"Ini tradisi baik yang harus kami jaga, jangan sampai hilang tergerus modernitas," ungkap Rustam yang tidak pernah absen menghadiri acara Nganggung setiap tahun untuk berbaur bersama warga masyarakat Bangka Belitung.

Rustam menambahkan kegiatan Nganggung bukan hanya berlangsung di Kota Pangkalpinang.

Namun, juga di seluruh kabupaten di Provinsi Bangka Belitung.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya