Bermimpi Jadi Pengusaha Batik

Furqon Ulya Himawan
23/12/2015 00:00
Bermimpi Jadi Pengusaha Batik
(MI/Furqon Ulya Himawan)
SUARA mesin jahit terdengar kencang di ruangan kelas. Ada sejumlah siswa sedang menjahit. Siswa lainnya sedang membuat pola dan memotong kain. Itulah suasana ruang kelas di SMKN 2 Gedangsari, Gunungkidul, yang fokus pada jurusan tata busana.

Di ruangan lain tampak Nurul Khitiyah, 17, siswa kelas 12 jurusan busana batik, yang sedang membatik. Meski belum selesai membatik, Nurul sudah mengemasi peralatan membatik dan bersiap untuk pulang. "Nanti di rumah saya membatik lagi," kata Nurul yang tinggal di Dusun Hargosari, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.

Saya pun mengikuti Nurul pulang ke rumah yang jaraknya 5 kilometer dengan sekolahannya. Di rumah, ia langsung menunjukkan beberapa helai kain mori yang sudah berpola. Ia pun siap membatik seluruh pola yang sudah dibuat.

Dia mengungkapkan, selepas sekolah, ia bekerja sebagai buruh batik di kampungnya. Setiap menyelesaikan proses membatik untuk satu helai kain, ia mendapat upah Rp13 ribu.


Murid SMKN 2 Gedangsari Jurusan Tata Busa Butik memperlihatkan batik khas Gedangsari,
berupa gedang atau pisang dan tumbuhan lain.

Uang yang diperolehnya itu ditabung untuk mencukupi kebutuhan. Dahulu saat kelas 10 dan 11, ia berjalan kaki ke sekolah. Kini setelah memiliki sepeda motor, Nurul pun tidak capek berangkat dan pulang sekolah.

"Tidak masalah sekolahnya jauh dari rumah. Yang penting saya bisa sekolah di sana dan nantinya kalau sudah lulus, saya ingin menjadi pengusaha batik di Gedangsari," kata Nurul.

Nasib serupa juga dialami Insiatun, Mega Anjaswati, dan Intan Purnama Sari yang harus berjalan kaki ke sekolah cukup jauh. Ketiganya mendapatkan beasiswa agar bisa sekolah di SMKN 2 Gedangsari.

Mereka juga ingin menjadi pengusaha batik di desa. Terlebih banyak potensi di desa mereka yang bisa dikembangkan, terutama di bidang industri batik yang pernah mengalami masa kejayaan di masa lalu.

Insiatun pun bertekad mempromosikan batik Gedangsari sampai ke luar negeri. "Gedangsari punya batik tulis yang khas. Kami ingin mengenalkannya ke dunia luar bahwa kami juga punya batik dan menjadi sentra batik," kata Insiatun.

Intan menambahkan selama ini mereka tidak membayangkan bisa melanjutkan sekolah di SMKN 2 Gedangsari. "Untuk itu kami berterima kasih atas beasiswa yang diberikan Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim (YPA-MDR)," ujar Intan.

"Semoga harapan kami tak goyah, kami bisa mengembalikan tradisi membatik di Gedangsari dan mewujudkannya sebagai daerah sentra batik," harapnya diamini Insiatun dan Mega.(FU/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya