Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
PERSOALAN transportasi dan kemacetan disadari betul oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau akrab disapa Emil sebagai tantangan besar yang harus dihadapinya. Bagaimana tidak, setiap hari tingkat kemacetan di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini semakin bertambah seiring terus bertambahnya populasi kendaraan yang tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan.
Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi persoalan tersebut. Pembenahan angkutan umum hingga menyosialisasikan sepeda terus dilakukan Emil beserta jajarannya. Selain itu, Emil pun menggagas pengoperasian Bandros (Bandung Tour on Bus), kendaraan umum gratis bagi siapa pun yang hendak menggunakannya.
Sesuai dengan namanya, bus berukuran sedang ini mulai dioperasikan sejak 2014, tepatnya saat pergantian tahun dari 2013. Emil berharap, hadirnya Bandros mampu menjadi solusi atas berbagai persoalan baik sebagai sarana transportasi maupun pariwisata.
Emil mengakui, kemacetan di wilayahnya ini semakin menjadi akibat terus bertambahnya populasi kendaraan pribadi. Oleh karena itu, ia yang merupakan seorang arsitek ini memiliki harapan agar Bandros bisa menjadi sarana angkutan umum yang digemari masyarakat.
"Jadi bisa mengurai kemacetan," kata Emil di Bandung, Rabu (22/3).
Namun, Bandros bukan solusi utama untuk mengurai kemacetan. Hadirnya bus berwarna-warni itu memiliki tugas pokok sebagai sarana penunjang pariwisata di Kota Bandung.
"Untuk menaikkan pariwisata. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan," kata orang nomor satu di Kota Bandung ini.
Emil berharap, dengan adanya Bandros, wisatawan yang ingin berkeliling Kota Bandung tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi. Sebab, Bandros akan melayani pelancong-pelancong yang hendak mengetahui lebih banyak tentang Kota Kembang ini.
"Cukup naik Bandros yang akan melintasi daerah-daerah favorit di Kota Bandung," ujar ayah dua anak ini.
Dengan menggunakan Bandros, wisatawan akan terbebas dari biaya transportasi. Selain itu, lanjut Emil, wisatawan pun akan memperoleh fasilitas internet gratis. Bagi banyak orang, berwisata akan terasa kurang tanpa kehadiran internet terutama menyangkut media sosial.
"Lalu ada petugas yang akan menginformasikan tentang lokasi-lokasi yang dilalui Bandros," ujarnya.
Emil memastikan, semua fasilitas ini diperoleh melalui dana sosial perusahaan (CSR). Dengan begitu, tidak ada dana APBD sedikit pun dalam pengadaan Bandros ini. "Ini 100% CSR," katanya.
Beberapa perusahaan yang berkontribusi dalam lahirnya bus unik itu di antaranya Bank Mandiri, Telkomsel, dan Bank BJB. Pengelolaannya pun tidak dilakukan oleh pemerintah, melainkan oleh komunitas yang bernama Masyarakat Peduli Bandung.
Wakil Ketua Masyarakat Peduli Bandung, Nico Lumanau, memastikan, masyarakat yang menaiki bus bertingkat ini tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis. "Jadi dari CSR," katanya.
Saat ini, lanjut Nico, terdapat lima unit Bandros yang beroperasi setiap harinya. Namun, terdapat juga Bandros yang digunakan pada saat kegiatan tertentu. "Tapi yang beroperasi ada lima," katanya.
Setiap harinya, bus yang berbentuk unik itu beroperasi mulai dari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Adapun titik mulai dan berhentinya di kawasan Jalan Cilaki dan Diponegoro. Dia menilai, kehadiran Bandros lebih berorientasi pada pariwisata ketimbang untuk mengurai kemacetan. Namun, dia meyakini, hadirnya Bandros mampu mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas meski tidak signifikan.
"Ini lebih bersifat edukatif, pariwisata," katanya.
Bandros memiliki tiga rute yang bisa dipilih oleh wisatawan. Pertama, kata Nico, penumpang bisa menikmati rute heritage untuk mengunjungi sejumlah lokasi bersejarah di Kota Bandung. Rute yang disiapkan yakni Gedung Sate-Jalan Merdeka-Asia Afrika-Braga-Aceh dan berakhir kembali di Jalan Cilaki.
"Pokoknya rutenya melintasi lokasi-lokasi bersejarah," katanya.
Sedangkan pada rute kedua, penumpangnya akan dibawa untuk melintasi kawasan-kawasan yang menyediakan tempat berbelanja. Rute ini, kata Nico, biasa disebut shopping track karena melintas berbagai factory outlet maupun mal yang ada. Shopping track ini biasa melintasi Jalan Cipaganti, Dago, Jalan Riau.
"Pokoknya pusat perbelanjaan. Kalau rute ketiga Asian Country," ujarnya.
Dia memastikan perawatan terhadap Bandros dilakukan dengan sebaik mungkin. "Pasti, itu satu konsep. Insurance dan maintenance," katanya.
Bus bertingkat ini memiliki panjang 747 cm, tinggi 315 cm, dan lebar 210 cm. Sebenarnya, bus ini mampu menampung 12 tempat duduk dan 20 penumpang berdiri di bagian bawah. Untuk bagian atas, bisa menampung 24 penumpang.
"Tapi dibatasi, tidak boleh sebanyak itu," kata dia yang juga merupakan Ketua Envierontmen Tourism Social Development Center ini. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved