Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PULUHAN warga berkumpul di ujung Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dan membentuk barisan. Paling depan ialah sekelompok pemuda mengenakan busana hitam dan wajah dihiasi corengan hitam-merah. Beberapa dari mereka membawa tetabuhan tradisional untuk mengiringi langkah para peserta kirab.
Di belakangnya, sekelompok pemuda mengenakan pakaian hitam dan putih membawa bendera merah-putih dan umbul-umbul. Disusul para pemudi yang menenteng sejumlah olahan makanan dari hasil bumi, seperti jagung, dan sayuran. Diiringi para tokoh agama dan tokoh masyarakat mengenakan busana tradisional berwarna biru.
Sekelompok warga berpakaian tradisional warna ungu menyusul di belakang mereka dengan mengusung patung Buddha. Setelah barisan itu, para bante berjalan mengenakan pakaian ritual warna kuning kecokelatan.
Paling akhir, puluhan warga dari berbagai agama seperti Buddha dan Islam membaur berjalan bersama, beriringan.
Aroma dupa semerbak di sepanjang jalan yang telah dilewati kelompok masyarakat yang berjalan di tengah guyuran hujan deras. Mereka berjalan menuju Wihara Dhamma Sesanti di Dusun Pringapus, Desa Getas.
Sesampainya di wihara, mereka langsung menggelar prosesi peresmian wihara dan melantunkan parita. Puncak acara peresmian berlangsung pada Kamis (16/3) setelah berlangsung dari hari sebelumnya.
Wihara tersebut baru selesai direnovasi, setelah beberapa waktu sebelumnya hancur diterpa pohon beringin berukuran besar yang tumbang akibat angin kencang.
Ketua panitia penyelenggara, Parno, 51, mengakui dari 60 kepala keluarga di Desa Getas, 25 KK di antara mereka ialah warga Buddha. Lainnya kebanyakan beragama Islam.
Kendati demikian, warga Dusun Pringapus telah membangun kerja sama dan toleransi beragama sejak lama. Karena itu, saat wihara rusak, mereka tak segan bergotong royong bersama-sama membangun kembali wihara tersebut. Pun juga dalam peresmiannya, mereka juga ikut serta berpartisipasi.
“Budaya toleransi antarumat beragama di daerah ini sudah sangat kuat. Kami bergaul tanpa membedakan suku dan agama,” tutur Parno, Kamis (16/3).
Slamet, 40, salah seorang warga membenarkan. Kendati berbeda agama, dirinya juga ikut bergotong royong memperbaiki wihara yang rusak akibat bencana. Bagi dia, semua warga di dusun itu ialah saudara tanpa membedakan agama.
Bimas Buddha Jawa Tengah Sutarso mengapresiasi kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Desa Getas. Ia juga menyampaikan terima kasih pada umat lintas agama di daerah itu yang bekerja sama merenovasi wihara. (Tosiani/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved