Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
Sejumlah daerah di Tanah Air seakan menjadi langganan bencana. Akan tetapi, para pemimpin daerah otonom ternyata mengaku tidak bisa berbuat banyak dalam mengantisipasi bencana karena persoalan kewenangan.
SEJAK Maret 2016 hingga Maret 2017, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah dinyatakan dalam status siaga darurat bencana. Hal itu disebabkan di daerah itu kerap terjadi banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah.
Bupati Bandung Dadang M Nasser, saat ditemui wartawan Media Indonesia Budi Mulia Setiawan, mengungkapkan kondisi geografis, intensitas curah hujan, dan persoalan daerah aliran sungai (DAS) menjadi penyumbang penyebab bencana. Berikut petikan wawancaranya.
Apa saja langkah yang disiapkan dalam mitigasi bencana?
Sekitar 60% kawasan Kabupaten Bandung adalah pegunungan. Karena dipenuhi gunung dan lereng, potensi longsor banyak terjadi.
Selain itu, di Kabupaten Bandung ada Sungai Citarum yang menjadi muara sungai-sungai kecil dari Sumedang, Kota Bandung, Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Walhasil, beban Citarum menjadi berat.
Untuk itulah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung telah mempersiapkan langkah kegiatan menghadapi kebencanaan seperti merencanakan sistem peringatan dini, membuat peta ancaman, membuat rencana siaga, membuat sistem evakuasi, serta melakukan simulasi dan latihan lapangan.
Wilayah mana saja yang paling rawan bencana dan apa upaya meminimalisasi potensi kejadian?
Kabupaten Bandung sejak dahulu sudah dikenal wilayah yang termasuk rawan bencana, bahkan masuk ke empat besar rawan bencana di Indonesia.
Pemerintah daerah terus memetakan seluruh kerawanan wilayah sehingga dilarang mendirikan bangunan di tempat tempat yang rawan banjir atau membuka lahan untuk tanaman palawija untuk wilayah dengan kecuraman lebih dari 40 derajat.
Ada empat karakteristik kebencanaan di Kabupaten Bandung, yaitu banjir di enam kecamatan, pergerakan tanah di 22 kecamatan, gempa di 12 kecamatan, dan lahar gunung berapi di 5 kecamatan.
Di daerah daerah tersebut, kami bangun posko kebencanaan melalui pembentukan tim pantau dan tim reaksi cepat yang dibentuk BPBD.
Bagaimana penanganan banjir yang sering terjadi?
Solusinya yang tepat ialah perbaikan lingkungan. Saya terus mengingatkan kepada masyarakat, ayo jaga hulu Sungai Citarum. Karena kalau terjadi musibah banjir, masyarakat juga kan yang menderita kerugian.
Salah satu program yang telah dijalankan ialah berdialog dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) agar tidak menanam palawija di tanah dengan kemiringan 40 derajat seperti di Gunung Wayang. Kami menyarankan menanam tanaman keras seperti kopi saja. Dengan tanaman kopi, bisa menjaga kontur tanah agar tidak labil juga sebagai fungsi penahan air. Selain itu, Kabupaten Bandung dapat tetap menjadi sentra kopi terbaik dunia. (N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved