Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Mengungsi Jadi Rutinitas Warga Bandung Selatan kala Musim Hujan

Bayu Anggoro
08/3/2017 18:51
Mengungsi Jadi Rutinitas Warga Bandung Selatan kala Musim Hujan
(ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra)

MUSIM hujan seperti saat ini menjadi penderitaan bagi warga Bandung Selatan. Bagaimana tidak, ribuan warga di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung ini harus menghadapi banjir tahunan.

Selain rumah dan perabotan yang terendam, tidak sedikit dari mereka yang terpaksa harus mengungsi bahkan hingga berbulan-bulan lamanya. Seperti yang dialami Iyep, warga RT 01 RW 08 Desa Mekarsari, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kakek berusia 65 tahun ini menuturkan, rumahnya baru saja kering dari banjir yang menghantam pada awal bulan ini. Namun, belum juga selesai membereskan rumahnya dari genangan air, bencana yang sama kembali datang pada Selasa (7/3) malam. Rumahnya pun kembali menjadi persinggahan air luapan Sungai Citarum.

"Baru juga minggu kemarin, sekarang sudah kena lagi," kata Iyep saat ditemui di depan teras rumahnya yang tergenang air.

Beruntung, dia bersama keluarganya masih bisa meninggali rumahnya tanpa harus mengungsi, meski hanya lantai atasnya saja.

"Sudah biasa kalau mau keluar rumah harus berjalan basah-basahan," katanya.

Cerita berbeda diungkapkan Dadan, warga RT 06 RW 09 Kampung Cigoson, Desa Andir, Kecamatan Baleendah. Rumahnya nyaris luput ditelan luapan air Sungai Citarum.

Dia bersama istri dan empat anaknya pun terpaksa mengungsi ke GOR Inkanas, berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya. Hidup di pengungsian bersama ratusan warga lainnya sudah menjadi langganan bagi Dadan.

Menurut warga asli daerah tersebut, dirinya bisa tiga kali dalam setahun tinggal di pengungsian. Bahkan, saat intensitas hujan sedang tinggi-tingginya, dia bisa berbulan-bulan tinggal di pengungsian. enderitaannya pun tak hanya sampai di situ. Tidak jarang barang-barang di rumah sederhananya yang ditinggal mengungsi raib digondol maling.

"Kalau ngungsi lama, sok aya wae ucing geuring (suka ada maling)," katanya.

Banjir yang melanda rumahnya ini tidak hanya menghilangkan barang-barang dan kenyamanannya di rumah. Dadan pun harus kehilangan mata pencaharian karena tidak bisa berjualan es dawet.

"Saya kan mengolahnya (es dawet) di rumah. Kalau banjir gini, ya enggak bisa," katanya.

Nasib serupa pun dialami Oya Rohaya, warga RT 04 RW 09 Kampung Cigoson, Desa Andir, Kecamatan Baleendah. Dia bersama istri dan lima anaknya harus mengungsi di GOR Inkanas. Padahal, kata dia, baru akhir tahun kemarin dirinya pulang dari bangunan milik pemda tersebut setelah hampir dua bulan mengungsi.

"Nembe oge kamari ngungsi, ayeuna tos ngungsi deui (baru saja kemarin mengungsi, sekarang harus mengungsi lagi)," katanya.

Beruntung, dia masih bisa menjalankan pekerjaannya sebagai ahli sol sepatu. Meski begitu, kata dia, di saat mengungsi seperti ini, pendapatan yang diperolehnya habis untuk keperluan sehari-hari.

Dia yang sudah seminggu ini mengungsi harus mengeluarkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari. Bantuan dari pemerintah dirasa kurang baik makanan, air bersih, maupun obat-obatan. Untuk makanan, menurut dia pemerintah hanya mengirim tiga hari sekali.

"Itu mentahan, beras satu liter, mi tiga (per kepala keluarga)," katanya.

Untuk air bersih pun mereka harus menunggu kiriman yang datang dua hari sekali. "Kalau air minum juga kurangnya ya beli lagi," ujarnya.

Akibatnya, keluarga Oya harus mengeluarkan sekitar Rp100 ribu per hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Beruntung anak sudah ada yang kerja, jadi ya ditambah-tambah dari anak," katanya.

Tak hanya itu, menurutnya saat ini mereka kekurangan obat-obat. "Belum ada obat yang dikirim. Waktu November kemarin mah ada," katanya.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Tata Irawan, jumlah pengungsi banjir di Kabupaten Bandung saat ini mencapai 271 kepala keluarga dengan jumlah 947 jiwa yang berasal tiga kecamatan, empat desa, dan tiga kelurahan.

Mereka kini mengungsi ke 12 lokasi seperti GOR Inkanas, GOR Kelurahan Baleendah, Sanggar Kegiatan Belajar (Kecamatan Baleendah), Aula Desa Dayeuhkolot, Kantor Koramil (Kecamatan Dayeuhkolot), dan gudang makanan (Kecamatan Bojongsoang) serta sejumlah masjid. Ketinggian air paling parah berada di Baleendah dari 40 cm hingga dua meter.

Menurutnya, saat ini ketinggian air sudah surut dibanding pada Selasa (7/3). Meski begitu, menurut dia, pemerintah masih mengerahkan semua kekuatan di lokasi banjir untuk membantu warga. Selain melengkapi petugas, menurutnya bantuan logistik pun mencukupi.

"Pengungsi kalau ditanya, pasti jawabnya kekurangan," kata dia.

Selain memastikan kesiapan logistik, sarana lainnya pun sudah lengkap seperti perahu karet, mobil ambulans, dan motor. "Perahu karet ada 15. Kita juga dibantu oleh relawan," katanya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, permasalahan banjir di Kabupaten Bandung tidak hanya diatasi dengan pembangunan Danau Retensi Cieunteung, di Baleendah. Namun, menurutnya, perlu dibangun terowongan air di Curug Jompong, di Kecamatan Margaasih. Selain itu, diperlukan juga penataan kawasan hulu Sungai Citarum.

"Jadi ini multipihak," kata dia.

Menurutnya, pengerjaan terowongan ini akan dimulai dalam waktu dekat oleh Kementerian PUPR. "Dengan tunnel ini, air dari Baleendah dan Dayeuhkolot akan mengalir cepat ke Saguling," katanya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya