Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
JIKA sastra adalah penabur kesejukan bagi jiwa peradaban bangsa, bisa dipastikan jiwa peradaban itu kini kehilangan salah seorang penaburnya.
Dialah sastrawan besar Gerson Poyk, yang wafat di RS Hermina, Depok, di usia 85 tahun, Jumat (24/2).
Pria kelahiran Pulau Rote, 16 Juni 1931, itu seorang dari sedikit sastrawan dengan pemikiran tajam tentang bangsa ini. Gerson ialah sosok satrawan yang gelisah dengan persoalan pendidikan dalam novel-novelnya, terutama Sang Guru.
“Dia sosok yang punya kepedulian terhadap pendidikan. Bagi dia, pendidikan kita bobrok,” kenang Damhuri Muhammad, seorang penulis, kemarin.
Gerson punya posisi penting dalam dunia kepengarangan Indonesia. Karya-karyanya menginspirasi banyak orang untuk mempertanyakan hakikat pendidikan. Bagi Gerson, pendidikan bukan hanya apa yang kita terima secara formal di sekolah, melainkan juga dari pergaulan termasuk saat berproses menjadi penulis bahkan saat membaca.
“Jadi, orang belajar menulis itu tidak selalu harus menjadi seniman atau sastrawan. Belajar menulis itu belajar akhlak, belajar sabar, dan belajar membangun kepekaan sosial. Itu semua pokok pikiran Gerson,” lanjut Damhuri.
Selama ini, yang terjadi dalam festival pengarang hanya kangen-kangenan antarpengarang tanpa melibatkan pembaca dan tidak memberikan satu gerakan signifikan bagi perkembangan literasi di Indonesia.
“Gerson di mana-mana selalu bicara itu,” tegas Damhuri.
Gerson pun memperjuangkan para sastrawan agar punya tunjangan hari tua. Dia mau negara memperhatikan mereka. Itu juga dibicarakan Gerson di mana-mana, soal kesejahteraan pengarang. Bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga teman-teman seangkatannya.
Dari Kupang, NTT, kemarin, masyarakat mengeluarkan petisi meminta pemerintah memakamkan jenazah Gerson di Taman Makam Pahlawan. Petisi tersebut ditandatangani ratusan akademisi dan anggota organisasi kemasyarakatan.
“Sudah saatnya pemaknaan pahlawan tidak lagi melanjutkan dikotomi sipil militer, tetapi harus dibuka dalam narasi kemanusiaan,” kata dosen Universitas Nusa Cendana Dominggus Elcid Li.
Menurut Elcid, seseorang yang berkarya dan menjaga integritas semasa hidup tanpa tergiur rayuan materi serta setia menjalani profesi juga layak dimakamkan sebagai seorang pahlawan.
“Gerson menghasilkan puluhan karya sastra yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Kami minta gubernur serius menyikapi tuntutan kami ini,” ujar Elcid. (Zuq/PO/X-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved