Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

IBRAF Sepakat Atasi Islamofobia

MI
24/2/2017 09:18
IBRAF Sepakat Atasi Islamofobia
(MI/Bayu Anggoro)

ISLAMOFOBIA yang berkembang di dunia internasional menjadi tantangan bagi negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Hal itu juga menjadi tugas pemerintah dan media di Indonesia yang berasal dari negara yang mayoritas penduduknya muslim ini.

Hal ini menjadi salah satu pembahasan utama dalam pelaksanaan International Broadcasting Regulation Authorities Forum (IBRAF) di Kota Bandung, Jawa Barat, yang berakhir tadi malam.

Bahkan, topik itu menjadi isi dari Deklarasi Bandung yang dihasilkan pada pelaksanaan IBRAF kelima ini. Yuliandre Darwis yang juga Ketua Komisi Penyiaran Indonesia kembali terpilih sebagai Presiden IBRAF untuk satu tahun ke depan.

Presiden IBRAF Yuliandre Darwis mengatakan media massa di negara anggota OKI harus sadar akan pentingnya menghadapi islamofobia. Media-media itu harus memiliki semangat mengatasi islamofobia.

Menurutnya, saat ini di dunia internasional terjadi ketakutan terhadap Islam. "Mem-branding Islam menjadi hal yang menakutkan."

Oleh karena itu, dia berharap seusai IBRAF 2017 media di negara OKI bisa lebih berperan dalam menangkal hal-hal tersebut.

"Media bertanggung jawab dalam memberikan isu yang objektif, disampaikan baik, tak dimunculkan framing Islam yang menakutkan."

Selain itu, dia pun menilai islamofobia terjadi jadi minimnya literasi di masyarakat akan hal itu.

"Isu ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada regulasi untuk mengaturnya. Ini menjadi pekerjaan rumah di negara masing-masing," katanya.

Salah seorang inisiator IBRAF, Dadang Rahmat Hidayat, mengatakan media di negara anggota OKI harus memunculkan perspektif berbeda dengan yang ditampilkan media Barat.

"Perlu ada konstruksi lain di media Islam," katanya.

Dia menyebut dunia barat menampilkan berita Islam yang salah. Oleh karena itu, perlu media yang mengampanyekan kepada dunia tentang Islam sesungguhnya.

Dia pun mengkritisi media yang tidak menjadi bagian dari solusi atas permasalahan yang ada. Bahkan, kata Dadang, media justru memunculkan konflik. "Harusnya media menerapkan jurnalisme damai," ujarnya.

Seharusnya, kata dia, media mampu menyadarkan masyarakat agar bersama-sama mengatasi persoalan yang ada.(BY/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya