Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
MENDUNG masih menyelimuti langit di sekitar jalur pantura Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Banjir masih menggenangi Desa Sayung, Kecamatan Sayung, dengan kedalaman 30 cm-150 cm sejak dua pekan lalu.
Bahkan, sejak jebolnya tanggul dan meluapnya Sungai Dombo, banjir makin meluas dan merendam ratusan rumah, sekolah, fasilitas umum, dan ratusan hektare sawah.
Di tengah banjir, puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sayung tetap berangkat sekolah. Dengan mengenakan seragam kemeja putih dan rok atau celana warna merah, anak-anak tanpa sepatu itu menuju sekolah dengan berjalan kaki.
Sampai di sekolah, anak-anak menyaksikan halaman sekolah mereka terendam banjir. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk menuju ruang kelas. Bahkan, para siswi SDN 1 Sayung mengangkat rok seragam agar tidak basah saat menyeberangi halaman sekolah yang terendam banjir.
Tepat pukul 07.00 WIB saat bunyi bel sekolah berbunyi, para siswa-siswi berbaris di halaman yang masih direndam banjir. Mereka berbaris rapi untuk mengikuti upacara bendera setiap Senin. Saat upacara, air banjir hampir menutupi lutut mereka. Meski kaki terasa dingin karena terendam air, anak-anak tetap menunjukkan semangat. Suara mereka masih nyaring saat membawakan lagu Indonesia Raya untuk mengiringi teman-temannya yang sedang menaikkan bendera Merah Putih.
"Kami tidak melaksanakan upacara sudah dua minggu. Sekarang kami menggelar upacara bendera pada Senin (13/2) ini karena air mulai menyusut. Semula kedalaman air sampai 150 cm," kata Kepala SDN 1 Sayung, Ning Swarti, kemarin.
Pada dua pekan lalu, lanjut Ning Swarti, siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik karena halaman sekolah terendam air. Para guru pun terpaksa memulangkan para siswa dan meniadakan kegiatan belajar mengajar.
Upacara bendera di tengah banjir yang berlangsung selama 30 menit itu tetap membawa hikmah. Anak-anak tetap bertahan di tengah musibah banjir. Bahkan, mereka dengan khidmat mengikuti upacara bendera. "Kita sedih melihat itu, tapi kita tidak dapat berbuat apa-apa dengan kondisi ini," sambung Kepala Desa Sayung, Munawir.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi banjir langganan di Desa Sayung tersebut.
Munawir menjelaskan seluruh warga desa sudah berswadata membangun tanggul, mengeruk sungai, dan membersihkan lingkungan sungai. "Warga terpaksa memanggil pengelola sungai untuk mendatangkan alat berat untuk mengeruk sedimentasi Sungai Dombo. Sedimentasi Sungai Dombo, terus meninggi karena sudah 20 tahun tidak dilakukan normalisasi," terang Isnawan. (Achmad Safuan/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved