Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
GELOMBANG tinggi di perairan terus memakan korban. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, lima kecelakaan laut menimpa kapal nelayan akibat angin kencang yang memicu gelombang tinggi.
"Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun, para nelayan merugi karena kapal mereka karam setelah dihantam gelombang tinggi," papar Brigadir Kepala Masnudin, komandan kapal patroli milik Direktorat Kepolisian Perairan Polda Jawa Barat, kemarin.
Empat kecelakaan, lanjut dia, terjadi di perairan Indramayu Barat dan satu kecelakaan di Indramayu Timur.
Kasat Polair Polres Indramayu AK I Nyoman Oka meminta para nelayan tidak memaksakan diri untuk melaut. "Kalau pun nekat melaut, mereka harus melengkapi diri dengan peralatan keselamatan yang memadai."
Kemarin, Basarnas Kalimantan Timur-Kalimantan Utara masih mencari korban musibah tenggelamnya kapal cepat di perairan Batu Payung, Tawau, Sabah, Malaysia. Pencarian dilakukan dengan menyisir wilayah perbatasan RI-Malaysia di Ambalat, Karang Unarang, Gusung Makassar, dan Muara Nunukan.
"Kami mendapat informasi dari Malaysia, korban terakhir sudah diketahui keberadaannya di Sei Nyamuk, Sebatik. Namun, kami masih tetap menelusuri wilayah perairan Indonesia," kata Kepala Basarnas Balikpapan Mujiono.
Saat kejadian, kapal cepat mengangkut 15 buruh migran asal Indonesia. Dalam pencarian, 14 korban sudah ditemukan, 10 di antara mereka dalam kondisi tidak bernyawa.
Di Sukabumi, Jawa Barat, cuaca ekstrem di pesisir selatan membuat nelayan makin terjepit. Tidak sedikit yang kemudian beralih menggeluti pekerjaan lain karena mereka sudah tak bisa melaut.
Dari sekitar 9.800 nelayan di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi, hampir 85% nelayan tradisional. Mereka hanya mengandalkan perahu berkapasitas mesin di bawah 5 gross tonnage. "Saat gelombang tinggi, mereka tidak bisa melaut," papar Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Sukabumi, Dede Ola.
Gelombang tinggi juga masih mengancam nelayan di Bangka Belitung. "Hujan dan angin kencang masih akan terjadi sampai dua hari ke depan," papar Kepala BMKG Pangkal Pinang, M Nurhuda.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, Jambi. "Nelayan takut melaut karena gelombang sangat tinggi dan angin bertiup kencang," ujar Romansyah, nelayan.
Perairan Bengkulu yang tidak bersahabat membuat 3.000-an warga Pulau Enggano, Bengkulu Utara, sudah dua minggu terisolasi. Tinggi gelombang di Samudra Hindia mencapai 7 meter sehingga tidak ada kapal yang berani berlayar. "Warga sudah menjerit karena bahan makanan dan BBM tidak ada pasokan lagi," tandas Kepala Suku Enggano Rafli Jen Kaitora.(UL/VR/BB/RF/SL/MY/AD/LD/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved