Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
LAHAN pertanian di Desa Wangunharja Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, diserang hama ulat kubis atau yang dikenal dengan istilah latin plutella xylostella.
Para petani pun mengaku sangat kesulitan mengendalikan hama ulat itu lantaran kerusakan yang ditimbulkan sangat tinggi, bisa mencapai 90%.
Hama tersebut biasa menyerang tanaman kubis-kubisan seperti brokoli, kol, dan sawi. Berdasarkan data Pemerintahan Desa Wangunharja, terdapat 202,34 hektare areal pertanian di desa itu yang rata-rata ditanami brokoli.
Mimin, 47, seorang petani di Kampung Cicalung, Desa Wangunharja, sangat merasakan kerugian akibat serangan hama ini, sebab hasil panen sayuran tidak seperti yang diharapkan.
"Sudah dicegah dengan penyemprotan obat, tapi enggak terlalu berpengaruh," katanya, Kamis (19/1).
Menurut dia, pertumbuhan ulat itu sulit dicegah karena melakukan aktivitasnya pada sore dan malam hari. Ulat itu biasa bergelantungan pada daun brokoli yang menyebabkan daun berlubang dan kering.
Dia menyatakan, hama ulat mulai menyerang tanaman sejak pertengahan musim hujan. Hal ini berdampak pada anjloknya harga sejumlah komoditas kubis-kubisan.
Sawi dari harga normalnya Rp2.500-Rp4.000 per kilogram, sekarang turun jadi Rp1.000 per kg. Begitu pula lettuce atau selada kini berkisar Rp1.000 per kg.
"Sedangkan harga yang masih tinggi brokoli masih bisa dijual berkisar antara Rp9 ribu-Rp10 ribu per kg, tetapi banyak petani yang mengalami gagal panen karena serangan hama ulat tersebut," ujarnya.
Petani juga semakin terpuruk lantaran saat ini harga tomat juga sedang murah, padahal kualitasnya sedang bagus.
"Sekarang tomat dihargai Rp1.000 per kg, lebih baik daripada awal tahun baru kemarin yang hanya laku dijual Rp300 per kg," ungkap Nanang, anggota Kelompok Lembang Agri di Desa Cikidang.
Ia menuturkan, di desanya juga banyak terdapat ladang pertanian yang biasa ditanam kubis-kubisan mencapai 50 hektare yang juga diserang hama ulat.
"Hasil pertanian di desa lainnya mungkin sama, banyak yang terserang hama ulat," tuturnya.
Menurutnya, serangan hama dipicu oleh faktor cuaca yang tidak menentu sehingga terus menyerang tanaman. Dia memperkirakan, jelang memasuki musim kemarau, pertumbuhan termasuk harga sayuran akan kembali normal.
"Kalau harga sayuran yang kini paling mahal masih di cabai rawit yang mencapai Rp85 ribu. Harga ini turun sedikit jika dibandingkan dengan minggu lalu yang mencapai Rp90 ribu per kg," lanjutnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved