Ironis, Sampah Menggunung di Belakang Kediaman Bupati

Depi Gunawan
17/1/2017 18:53
Ironis, Sampah Menggunung di Belakang Kediaman Bupati
(MI/Depi Gunawan)

TUMPUKAN sampah di tempat penampungan sampah liar di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menggunung, Selasa (17/1). Ironisnya, tumpukan sampah ini juga terjadi di belakang rumah pribadi Bupati Abubakar di Gang Mutiara Desa/Kecamatan Lembang.

Berdasarkan pantauan, tumpukan sampah ini berasal dari sampah rumah tangga. Belum diketahui siapa pelaku yang pertama membuang sampah di tempat tersebut.

Dari keterangan yang diperoleh warga sekitar, sampah tersebut biasanya diangkut dan dibuang ke Sarimukti, tetapi hari ini tampak masih dibiarkan. Kondisi itu pun membuat daerah sekitarnya jadi terkesan kumuh.

Seorang warga, Entin Kartini, 61, menuturkan, sejak dua tahun lalu dirinya tinggal di wilayah itu, dan memang sudah biasa menjadi tempat pembuangan sampah sementara oleh warga sekitar. Namun, sudah satu pekan terakhir ini, sampah belum diangkut.

"Biasanya satu minggu sekali diangkut, tiap Rabu. Tapi hingga saat ini belum ada tindakan dari dinas terkait padahal baunya sangat menyengat, apalagi sudah banyak dihinggapi lalat," katanya.

Menurut dia, tumpukan sampah ini sangat mengganggu warga karena ditempatkan di jalan umum yang banyak dilalui warga. Bahkan 50 meter tidak jauh dari lokasi, terdapat kediaman pribadi Bupati Bandung Barat.

"Saya rasa warga juga sudah tahu kalau lokasi ini bukan tempat pembuangan sampah, tapi mungkin mereka tidak tahu lagi harus kemana membuang sampahnya," terangnya.

Amir, 67, warga lainnya, bahkan mengaku sudah tiga pekan sampah tersebut tidak diangkut. Namun sedikit informasi yang diperolehnya, pengangkutan sampah itu terkendala dengan kemacetan yang terjadi di wilayah Lembang.

"Kalau minggu lalu, alasannya karena macet tapi sekarang saya rasa lalu lintas sudah normal jadi kami harap sampah ini diangkut secepatnya biar nggak mengganggu warga," ujarnya.

Menganggapi itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebersihan Bandung Barat, Apit Akhmad Hanafi, mengatakan, kendala pengangkutan sampah ini bisa terjadi karena kendaraan pengangkut belum sampai di lokasi karena masalah lalu lintas. Selain itu, bisa juga karena kedisiplinan warga yang tidak mematuhi jadwal yang sudah disepakati.

"Seperti sampah di belakang rumah Bupati yang harusnya dikeluarkan Rabu, tetapi ternyata Selasa sudah dikeluarkan, atau memang kendaraan kita ada kerusakan atau mogok sehingga terlambat melakukan pengangkutan," ungkapnya.

Apit menyebut, keluhan masyarakat tentang keterlambatan pengangkutan yang sering mereka sampaikan belum tentu sepenuhnya benar karena berdasarkan pengalamannya, setelah dilakukan pengecekan jadwal ke pengemudi dan petugas pengawas lapangan, keterlambatannya paling hanya seminggu bukan 2-3 minggu sesuai pengakuan warga.

Secara umum, pengangkutan sampah di Bandung Barat sempat terhenti sementara pada pekan lalu lantaran tidak ada anggaran buat membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan.

"Memang sempat terhenti karena tidak ada anggaran untuk bensin. Namun, biasanya anggaran buat pengangkutan sampah biasanya baru tersedia pada Februari atau Maret, jadi biaya operasional untuk Januari selalu menggunakan dana talangan," tuturnya.

Dia menyatakan, bukan hanya di Bandung Barat, tetapi di daerah lainnya pun mungkin mengalami kendala yang sama dalam pengangkutan sampah ini tetapi teknisnya saja yang berbeda.

"Asalkan bisa seperti ini, karena memang anggaran untuk tahun berjalan itu selalu mundur. Jadi enggak bisa keluar pas untuk Januari, karena ada prosedurnya," lanjutnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya