Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Tugu Binokasih adalah salah satu ikon bersejarah di Sumedang, Jawa Barat, yang menjadi simbol kejayaan Kerajaan Sunda. Monumen megah ini bukan sekadar hiasan kota, tetapi juga menyimpan cerita panjang tentang warisan budaya dan sejarah masyarakat Sunda. Yuk, kita telusuri sejarah dan makna di balik Tugu Binokasih!
Tugu Binokasih, atau sering disebut Bundaran Binokasih, adalah monumen yang berdiri di perempatan Polres Sumedang Selatan. Di puncak tugu ini terdapat replika Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, lambang Kerajaan Pajajaran yang bersejarah. Mahkota ini melambangkan kebesaran dan legitimasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Tugu ini bukan hanya penanda kota, tetapi juga simbol budaya yang memperkuat identitas Sumedang sebagai pewaris Kerajaan Sunda.
Mahkota Binokasih pertama kali dibuat pada masa pemerintahan Prabu Bunisora Suradipati, Raja Galuh, sekitar tahun 1357-1371. Terbuat dari emas 18 karat dengan hiasan batu giok lokal, mahkota ini terinspirasi dari Mahkota Dewa Indra dalam mitologi Hindu. Mahkota ini digunakan dalam upacara pelantikan raja-raja Sunda dan menjadi pusaka kerajaan hingga Kerajaan Sunda Pajajaran runtuh pada tahun 1579.
Ketika Kerajaan Pajajaran diserbu pasukan gabungan dari Banten, Cirebon, dan Demak pada tahun 1579, mahkota ini diselamatkan oleh empat pembesar kerajaan, yaitu Sayang Hawu, Terong Peot, Nangganan, dan Kondang Hapa. Mereka membawa mahkota ini ke Kerajaan Sumedang Larang dan menyerahkannya kepada Prabu Geusan Ulun pada 22 April 1578. Penyerahan ini menandakan Sumedang Larang sebagai penerus sah Kerajaan Sunda. Sejak saat itu, Mahkota Binokasih menjadi pusaka penting dan kini disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.
Tugu Binokasih bukan hanya monumen biasa. Berikut beberapa alasan mengapa tugu ini begitu istimewa:
Replika Mahkota Binokasih di tugu ini memiliki diameter 2 meter dan dibuat dengan detail yang menyerupai mahkota asli. Keindahan tugu ini semakin terlihat saat malam hari, ketika air mancur di sekitar bundaran menari di bawah sorotan lampu warna-warni. Tugu ini juga menjadi penanda masuk ke pusat kota Sumedang dari arah barat, menjadikannya ikon yang wajib dikunjungi wisatawan.
Prabu Geusan Ulun, yang memerintah Sumedang Larang pada 1578-1608, adalah tokoh kunci dalam sejarah Mahkota Binokasih. Ketika menerima mahkota ini, ia memproklamasikan dirinya sebagai penerus Kerajaan Sunda. Mahkota ini digunakan dalam penobatannya pada 22 April 1578, sebuah momen yang kini diperingati sebagai Hari Jadi Sumedang. Mahkota asli kini disimpan dengan pengamanan ketat di Museum Prabu Geusan Ulun, menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang ingin mengenal sejarah Sunda.
Tugu Binokasih dibangun dengan dana CSR dari Bank BJB dan dikerjakan oleh CV Jaya Berkah Abadi. Tugu ini menggantikan Tugu Endog sebagai ikon baru Sumedang. Dengan tinggi 12 meter dan diameter 15 meter, tugu ini tidak hanya memperindah kota, tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan sejarah dan budaya Sunda.
Jika kamu sedang berada di Sumedang, jangan lewatkan untuk mampir ke Tugu Binokasih. Lokasinya yang strategis di perempatan Polres Sumedang Selatan membuatnya mudah dijangkau. Kamu juga bisa melanjutkan perjalanan ke Museum Prabu Geusan Ulun, hanya 50 meter dari tugu, untuk melihat mahkota asli dan koleksi pusaka lainnya seperti keris, kujang, dan tombak.
Tugu Binokasih adalah simbol kebanggaan Sumedang yang menghubungkan masa lalu Kerajaan Sunda dengan masa kini. Dengan replika Mahkota Binokasih yang megah, tugu ini tidak hanya mempercantik kota, tetapi juga mengajak kita mengenal sejarah dan budaya Sunda yang kaya. Jadi, saat kamu berada di Sumedang, pastikan untuk mengunjungi Tugu Binokasih dan merasakan pesona sejarahnya!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved