BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan El Nino akan terjadi hingga November mendatang. Kasus kebakaran hutan dikhawatirkan akan meningkat.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan ancaman El Nino sampai November nanti. Dengan kata lain, tidak ada hujan hingga November. Untuk itu, lanjut Sutopo, masalah kebakaran hutan dan lahan harus serta kekeringan menjadi perhatian utama.
Meski demikian, menurut Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kukuh Ribudiyanto, El Nino tahun ini tidak separah 1997.
"Untuk saat ini, kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatra sangat dipengaruhi El Nino dan fenomena siklon tropis yang ada di sekitar Filipina mengakibatkan curah hujan berkurang di Kalimantan dan Sumatra," kata Kukuh.
Pada bagian lain, kemarau panjang tahun ini menyebabkan cadangan air di Waduk Lalung, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyusut tajam bahkan nyaris kering.
Kondisi itu mengakibatkan 1896 hektare lahan sawah di Kecamatan Jaten, Mojolaban, dan Tasikmadu yang mengandalkan air waduk tidak bisa ditanami.
Di Klaten, dana bantuan air bersih yang dikelola Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menipis. Dari anggaran Rp200 juta yang dialokasikan untuk penanganan kekeringan, kini tinggal Rp80 juta. Dampak El Nino menyebabkan 22 desa di tujuh kecamatan di Klaten mengalami kekeringan ekstrem.
Sementara di Sukabumi, Jawa Barat, Komisi III DPRD setempat mendesak BPBD lebih proaktif menangani krisis air di sejumlah daerah. Ketua Komisi III DPRD Kota Sukabumi Gagan Rachman Suparman mengatakan banyaknya laporan warga yang mengalami krisis air bersih, sehingga ia meminta BPBD proaktif menangani krisis air bersih.
Krisis air juga terjadi di pedalaman Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Ratusan warga berbagi dengan hewan ternak memanfaatkan air embung untuk mandi dan cuci. (FR/JS/PO/BB/AB/N-4)