Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
Pemerintah Kota Banjarmasin, menggelar Festival Budaya Banyiur atau Manopeng yang merupakan tradisi masyarakat tepi Sungai Barito dalam memeriahkan tahun baru Islam (Muharram).
Festival Budaya Banyiur dibuka pada Jumat (11/7) Wali Kota Banjarmasin, M Yamin dan puncaknya pada Minggu (13/7) malam. Festival Manopeng adalah pentas seni budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat suku Banjar yang bermukim di sepanjang tepi Sungai Barito.
Festival Manopeng diisi dengan sajian beragam kesenian seperti Japin Carita, ritual Bajapanan sambil menggendong anak, hingga prosesi sakral yang melibatkan jukung-jukung dan warga serta tari Topeng itu sendiri. "Festival Manopeng bukanlah sekadar pertunjukan seni tetapi juga narasi panjang masyarakat Banjar, ungkapan syukur atas hasil bumi, dan ruang silaturahmi yang mengikat antar-generasi," tutur M Yamin, saat membuka festival yang dipusatkan di Desa Banyiur, Basirih, kemarin.
Tradisi yang digelar saat bulan Muharram ini telah diwariskan turun-temurun, sejak masa Datu Mahbud, tokoh masyarakat Banjar zaman dahulu dan tetap lestari hingga kini. "Ini adalah warisan sejarah yang hidup di tengah era digital seperti sekarang dan menjadi ciri khas atau jati diri daerah kita,” kata Yamin.
Ferdi Irawan, Budayawan Banjarmasin menyebut bagi warga Kampung Banyiur, melalui festival ini menjadi ruang untuk mengenang leluhur, menyatukan keluarga, dan menegaskan identitas Banjar di tengah arus perubahan zaman.
Momentum festival juga dimanfaatkan sebagai forum dialog pembangunan. “Semoga Kampung Banyiur dapat terus menjadi inspirasi, tidak hanya sebagai penjaga budaya, tetapi juga sebagai wajah Banjarmasin yang sarat makna dan jati diri,” ujarnya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved