BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) merupakan wilayah penyumbang asap paling masif di Pulau Sumatra.
Asap terbawa angin dan kemudian menyelimuti Jambi dan Riau, wilayah yang paling parah terpapar asap.
"Angin bergerak ke utara karena itu, dampak di Sumsel tidak begitu separah di Riau dan Jambi," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dihubungi, kemarin.
Hingga kemarin sore, tercatat ada 1.340 titik panas.
Sebagian besar berada di kawasan perkebunan dan tanaman industri.
"Masih banyak terjadi pembakaran di wilayah Sumatra Selatan," tambah Sutopo.
Data BNBP itu senada dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru.
Titik panas di Sumsel tercatat yang paling banyak, yakni 1.045, disusul Jambi 96, Lampung 35, Bangka Belitung 15, Riau 6, serta Sumatra Utara dan Kepri masing-masing 1 titik.
Menurut Kepala BMKG Pekanbaru Sugiri, angin bertiup dari arah timur hingga tenggara dengan kecepatan 0,5 knot atau sekitar 9-27 km/jam.
Maka asap dari pembakaran hutan dan lahan di wilayah Sumsel menumpuk menyelimuti Riau.
Lebih lanjut Sugiri menjelaskan, berdasarkan citra satelit, pembakaran hutan dan lahan yang paling parah terjadi di Sumsel, khususnya di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI).
"Asal asap di Sumatra Selatan terdapat di wilayah OKI," jelasnya.
Hingga saat ini, BNPB terus berupaya keras memadamkan kebakaran tersebut.
Tidak kurang 6 helikopter, 2 pesawat air tractor, dan 1 pesawat hujan buatan dike-rahkan untuk memadamkan kebakaran di Sumatra.
Bahkan, beberapa helikopter dari bandara sudah disiagakan secara khusus ke Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Sutopo menjelaskan sulitnya pemadam-an akibat cuaca yang kering serta keterbatasan air.
Belum lagi, ketiadaan awan menambah sulit penerapan hujan buatan di Sumsel.
Namun, imbuhnya, Kepala BNPB Willem Rampangilei menargetkan pemadaman itu tuntas pada akhir bulan ini.
"Hingga kini sudah lebih dari 22 ribu personel TNI-Polri yang turun untuk pe-madaman," katanya. Tabung oksigen Di Pekanbaru dan Dumai, kemarin pagi, jarak pandang hanya sekitar 300 meter.
Di Rengat dan Palelawan berkisar 100 meter.
Indeks standar pencemaran udara pun kian memburuk. Konsentrasi particulate matter di Pekanbaru berada di atas 700 PM atau berbahaya.
Kondisi yang sama juga melanda Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Warga berharap pemerintah menyediakan tabung oksigen.
"Saya sudah cari di beberapa apotek, tabung oksigen pada habis. Saya sulit bernapas karena kabut asap masuk rumah," kata Harti Rayani, warga Palangkaraya.
Kondisi yang agak normal ada di wilayah Batam.
Asap yang selama dua pekan menyesakkan mulai berkurang.
Jarak pandang mencapai 7.000-8.000 meter.
"Tetap harus diwaspadai beberapa hari ke depan sebab bisa saja tiba-tiba kabut asap menebal kembali," ujar Kepala BMKG Hang Nadim Batam, Philip Mustamu.
Akibat asap yang telah menyebar ke negara tetangga, pemerintah Malaysia terpaksa meliburkan sebagian sekolah selama dua hari.
Selain itu, Malaysia juga membatalkan lomba lari maraton. Singapura pun membatalkan kejuaraan renang. (RK/HK/AFP/Fox/X-5)