Perselisihan Lahan Perusahaan Berujung Kekerasan di Pemukiman Warga Batam

WARGA Ruli Seraya Atas, Kelurahan Seraya, Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam diserang sekelompok pria tak dikenal yang diduga merupakan suruhan dari PT MJP pada Rabu (18/12). Perselisihan ini dipicu oleh upaya penertiban lahan yang dilakukan secara paksa oleh pihak perusahaan.

Menurut keterangan warga, puluhan pria bersenjata parang dan membawa benda tumpul lainnya datang ke pemukiman mereka sekitar siang hingga sore hari. Para pria tersebut berusaha memaksa warga untuk menerima uang ganti rugi sebesar Rp7-14 juta per kepala keluarga atas penggusuran yang dilakukan pihak perusahaan.

"Warga menolak tawaran ganti rugi tersebut karena belum ada kesepakatan atau musyawarah sebelumnya dengan pihak PT MJP. Penolakan ini kemudian memicu kemarahan kelompok pria tersebut dan menyebabkan mereka menyerang warga secara membabi buta," ujar salah seorang warga yang tidak mau namanya disebutkan kepada Media Indonesia, Kamis (19/12).

Baca juga : Muncikari Pelaku Prostitusi Online Anak di Kota Batam Ditangkap

Video amatir yang beredar memperlihatkan suasana mencekam saat puluhan pria tersebut mengejar dan mengintimidasi warga. Beberapa warga mengalami luka akibat lemparan batu dan sejumlah kendaraan bermotor milik warga rusak. Meski demikian, insiden ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Pihak kepolisian setempat akhirnya tiba di lokasi untuk melerai keributan yang terjadi selama beberapa jam tersebut. Namun, para penyerang masih bersikap konfrontatif terhadap warga meskipun aparat sudah hadir di tempat kejadian.

Merasa terancam dan tidak aman, sejumlah warga kemudian menuju Markas Komando Distrik Militer (Makodim) terdekat untuk meminta perlindungan. Mereka berharap agar aparat dapat mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan.

Hingga berita ini diturunkan, Kepolisian Sektor Batu Ampar masih menyelidiki insiden tersebut. Kapolsek Batu Ampar, Kompol Dwihatmoko Wiroseno belum memberikan keterangan resmi kepada media mengenai perkembangan kasus ini.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa potensi konflik horizontal masih dapat terjadi dalam permasalahan agraria antara warga dan perusahaan. Perlu adanya mediasi dan pendekatan yang humanis dari semua pihak yang terlibat agar tidak lagi terjadi tindakan kekerasan yang merugikan masyarakat. (N-2)