Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PROGRAM Nusatani yang digagas organisasi nirlaba SurfAid berhasil meningkatkan hasil pertanian di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya melalui pelatihan dan pendampingan bagi para petani. Program ini juga mendukung pemerintah mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi berkelanjutan.
Herman Horonyanyi, petani tomat asal Desa Gaura, Kecamatan Laboya Barat, Sumba Barat, menjadi salah satu penerima manfaat program ini. Sejak bergabung pada 2022, Herman kini menikmati hasil panen yang melimpah sekaligus keuntungan besar. “Kalau hasil panen tomat mencapai 6 ton, maka pendapatan semua Rp120 juta,” ujar Herman, di Sumba Barat, NTT, Kamis (12/12).
Menurut dia, menanam tomat di musim hujan memiliki risiko tinggi, seperti serangan hama dan penyakit. Namun, berkat pendampingan dari Agriculture Officer SurfAid, ia mampu mengatasi tantangan tersebut dengan teknik pengelolaan drainase yang baik. “Permintaan banyak, tetapi tomat sangat langka saat musim hujan. Makanya, saya bisa untung besar kalau panen tomat di musim hujan,” tambahnya.
Selain tomat, Herman menanam cabai, buncis, kacang panjang, dan pakcoy, serta buah-buahan seperti melon dan semangka. Kini, Herman mampu membiayai kebutuhan keluarganya, termasuk pendidikan anak-anaknya di Kupang dan Yogyakarta. "Saya tidak kikir ilmu, saya harus membagi ilmu ini secara gratis, karena SurfAid juga membagikan kepada saya dengan gratis," katanya.
Senada, Hassan Halungrina, petani unggulan lain dari Desa Weetana, Kecamatan Laboya Barat, NTT, juga mengalami perubahan besar berkat Nusatani. Sebelum bergabung, Hassan bekerja serabutan dan sering merantau tanpa hasil yang jelas.
Pada 2023, Hassan bertemu pendamping SurfAid dan mulai menerapkan teknik pertanian bercocok tanam yang diajarkan dan memanfaatkan lahan transmigrasinya. Ia juga menerima peralatan, bibit, dan benih dari SurfAid.
Panen perdananya menghasilkan omzet lebih dari Rp30 juta. Namun, Hassan memilih membagikan seluruh uang tersebut kepada 22 petani miskin di desanya untuk membantu mereka memulai bertani. "Saya kasih begitu saja, tidak saya utangkan, niatnya murni membantu mereka bertani juga dan mempunyai kehidupan yang lebih baik," ujarnya penuh haru.
Terkini, banyak petani yang dibimbing Hassan sudah ada yang mampu meraup keuntungan hingga Rp55 juta. “Saya tidak berharap bayaran apapun dari mereka. Hanya berharap dari Tuhan semata dan semoga menjadi berkah,” ucap dia. (Ant/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved