Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SUNGAI Musi merupakan salah satu ikon Kota Palembang, Sumatra Selatan. Wajar jika salah satu dari 10 sungai terpanjang di Indonesia itu menjadi cermin dari wajah kota itu sendiri. Karena itu, Sungai Musi mesti dirawat dan dijaga nama baiknya.
Namun, kesan indah itu ternyata masih sangat jauh, sebab saat ini Sungai Musi dipenuhi dengan sampah-sampah, terutama yang berada di pinggiran sungai tersebut.
Berdasarkan pantauan Media Indonesia di sepanjang pinggiran Sungai Musi di kawasan 10 Ulu Palembang, tumpukan sampah di pinggiran sungai membubung tinggi. Tak hanya sampah organik seperti rerumputan, kayu, pohon pisang, dan eceng gondok, tetapi juga sampah non-organik seperti plastik, botol, sterofoam, dan barang-barang bekas lainnya.
Di sekitar tumpukan sampah itu, terlihat sejumlah warga
yang memanfaatkan sungai untuk mandi dan berenang. Ada pula sejumlah warga yang sibuk mencuci pakaian dan melakukan beragam aktivitas di atas perahu.
Kepala Dinas Kebersihan Kota Palembang, Faisol, mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan pemberitahuan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan dan tidak membuang limbah atau sampah apa pun ke sungai.
Selain membuat keindahan di Sungai Musi terganggu juga menyebabkan habitat mahluk hidup di dalamnya terusik. Ditambah lagi, air dari sungai tersebut masih dimanfaatkan dan dipergunakan masyarakat. Artinya, jika kualitas air di Sungai Musi rusak, masyarakat yang memanfaatkannya pun turut terdampak.
"Sudah sering disosialisasikan. Bahkan kita selalu ajak dan libatkan camat, lurah, dan masyarakat daerah setempat untuk saling mengingatkan," ucapnya.
Masih banyak sampah itu bukan hanya tugas dan tanggung jawab Dinas Kebersihan Kota Palembang saja, kata Faisol, juga menjadi perhatian semua pihak yang terkait.
Ia menyebut masih kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga lingkungan.
"Kita berupaya agar masyarakat punya kesadaran, tapi memang sepertinya masih sulit. Kita sudah menempatkan sejumlah kantong sampah dan truk sampah di semua kelurahan dan kecamatan. Termasuk di sejumlah titik lokasi di pinggiran Sungai Musi," ungkap dia.
Dinas Kebersihan Kota Palembang juga sudah berupaya maksimal, bahkan
pejabat di Pemkot, termasuk Walik Kota dan Wakil Wali Kota Palembang turun langsung setiap akhir pekan (Sabtu dan Minggu) untuk melakukan pembersihan di sejumlah tempat.
"Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palembang ingin mengajak masyarakat sekitar membersihkan lingkungan, baik di wilayah permukiman, anak sungai, dan pinggiran sungai," terang Faisol.
Ia mengakui, setiap harinya volume sampah di Palembang sudah mencapai sekitar 800 ton. Namun, jika warga sadar untuk membuang sampah pada tempatnya, diyakini jumlah volume sampah di Palembang akan melebihi dari jumlah tersebut.
"Dari Dinas Kebersihan Kota Palembang sendiri selalu siap untuk pengangkutan sampah itu sendiri. Mulai dari petugas dan armada," ungkap Faisol.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Palembang Fitriani Agustinda mengatakan, upaya Pemkot sesungguhnya sudah maksimal untuk memastikan kebersihan Sungai Musi.
"Kita ada program setiap akhir pekan melakukan bakti sosial dengan masyarakat. Bahkan sampai belasan ton sampah terangkut setiap melakukan pembersihan," ungkap dia.
Termasuk di lokasi pinggiran sungai di kawasan Ulu Palembang. Jika masih ada sampah, kata dia, artinya masih kurangnya kesadaran masyarakat atas kebersihan lingkungan, atau bisa juga karena sampah dari bagian hulu yang hanyut ke bagian hilir sungai.
"Sungai Musi ini sebagai salah satu objek pariwisata kita. Jika sungai tercemar, tentunya akan berimbas dalam segi pariwisata Kota Palembang itu sendiri. Dari Pemkot Palembang, kita melibatkan semua instansi untuk bisa berperan dalam hal ini," tandasnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved