Jejak Sejarah di Candi Indrakila makin Meredup

KOMPLEKS Candi Indrakila terdapat di ketinggian sekitar 2.500-2.800 mdpl di lereng Gunung Arjuna-Ringgit, di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Menurut cerita, Bung Karno sering mendatangi kompleks Candi Indrakila itu untuk menyepi dan mencari inspirasi.
Di separuh perjalanan menuju lokasi, pengunjung akan menemui situs Satriyo Manggung, yang konon menjadi tempat penyambutan peziarah. Di lokasi itu terdapat tiga punden berundak dari batu.
Dari penuturan peziarah, diketahui, banyak arca yang hilang dari kompleks candi dengan punden berundak itu. Seperti di bagian depan dari jajaran punden berundak bernama Eyang Mundisari. Dulunya, di sana ada dua arca besar sebagai penanda masuk kawasan kompleks.
“Ada orang tua berusia 78 tahun yang pernah naik bersama saya pada 2001. Begitu tiba di kompleks candi, dia menangis, karena banyaknya arca yang hilang seperti dua arca penanda masuk itu. Padahal, saat dia ke sini pada 1964, selain dua arca itu, masih banyak arca lainnya,” kata Budiono, Pengasuh Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), kemarin.
Dua arca pembawa gada itu mengapit jalan di kanan dan kiri dari jalan berundak-undak menuju petilasan atau arca Eyang Mintorogo yang dikenal juga dengan nama Begawan Ciptaning atau Arjuna dalam kisah pewayangan.
Karena besarnya arca, jalan yang lebarnya kurang dari 1 meter harus dilalui dengan berjalan miring.
Selain petilasan Begawan Ciptaning dan Dewi Suprabowati, terdapat juga arca Sri Menganti, arca Panji Saputro, dan Dewi Sangkrah.
Tak hanya itu, pengunjung juga akan mendapati 44 jabong atau gentong tembikar di sekitar arca Dewi Suprabowati.
“Konon gentong-gentong itu untuk air yang digunakan memasak dan mandi bagi para bidadari yang turun ke bumi,” imbuh juru kunci, Dul Aziz.
Hilangnya benda purbakala tidak hanya terjadi di Candi Indrakila, tapi juga Candi Ampel (Tulungagung), situs Recowarak, Katirtanluar, Candi Penataran (Blitar), Selomangleng (Kediri), serta situs-situs lain di Candi Jawi, Jago, dan Singosari (Malang).
Sementara itu, sebuah bebatuan berbentuk mirip bidak catur yang diduga berusia lebih tua daripada 500 masehi ditemukan di kawasan Geopark Ciletuh, di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Arkeolog Ali Akbar menjelaskan bebatuan atau batu bidak itu dikategorikan sebagai tradisi prasejarah sebelum mengenal tulisan. (AB/BB/N-4)