Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mandi Doa untuk Rahabilitasi Pecandu Narkoba

Kristiadi
26/8/2015 00:00
Mandi Doa untuk Rahabilitasi Pecandu Narkoba
(MI/Kristiadi)
PENYEMBUHAN bagi para pecandu narkoba, sakit kejiwaan, dan stres juga dilakukan di Pondok Pesantren Darul Iman yang berada di Kampung Cibeureum II, Kelurahan Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Para pecandu itu disembuhkan dengan dilatih untuk belajar berdoa, berzikir, dan membaca Alquran. Pesantren yang berdiri pada 2009 itu mampu mengobati para pecandu narkoba dengan jumlah penderita 500 orang. Menuju ke ponpes tersebut membutuhkan waktu 1,5 jam dengan kondisi jalan berbatu, berpasir, dan lokasinya terhalang oleh dua bukit yang menjulang.

Ponpes Darul Iman cukup terkenal di lingkungan sekitar. Namun, warga di luar Kampung Cibeureum belum mengenal ponpes itu sebagai tempat pengobatan pecandu narkoba.

Apalagi pesantren itu mirip rumah biasa berlantai dua. Di sampingnya berdiri sebuah masjid. Khusus lantai atas dipakai untuk perempuan pecandu narkoba. Setiap pasien tinggal di dalam kamar berukuran 4x6 meter.

"Seluruh kamar sudah terisi penuh pecandu narkoba baik laki-laki maupun perempuan," kata pengasuh Ponpes Darul Iman, Maman Suparman, pertengahan Mei lalu.

Banyaknya penghuni ponpes membuat pengurus menambah jumlah kamar dengan menggunakan rumah di sebuah perumahan tidak jauh dari ponpes. Satu kamar dihuni 2-10 orang, tergantung besar kecilnya kamar.

Maman menjelaskan penyembuhan pecandu narkoba, stres, dan kejiwaan memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Pengobatan itu pertama kalinya dilakukan mulai pemijatan, kegiatan jasmani, hingga rohani. Pemijatan dilakukan mulai urat saraf yang berada di luar tubuh, sedangkan siraman rohani berupa mandi khusus tiap Jumat dan Senin mulai pukul 16.00 WIB dan 09.00 dengan menggunakan 2-3 gayung air dan membaca doa kesembuhan.

"Para pasien pecandu narkoba dimandikan tiap Jumat dan Senin dengan menggunakan air doa. Kalau (pasien) yang baru pertama masuk akan mandi selama dua minggu," ujarnya.

Berdasarkan pengalaman, para pecandu narkoba jarang mandi karena kondisi psikologis sedang stres atau kejiwaannya terganggu. "Maka setiap kali pecandu diminta mandi akan menolak. Dengan metode mandi tersebut, para pecandu narkoba bisa lepas dari kebiasaan buruk," ungkap Maman.

Ia dibantu istrinya, Sopiah, 45, dan 12 perawat dalam menangani para pecandu narkoba. Sopiah juga bertugas menyediakan makanan, memberi pelatihan mengaji, mengajarkan baca Alquran, olahraga, serta cara berkomunikasi. "Aktivitas di luar ruang seperti olahraga dan berkomunikasi cukup penting agar pasien tidak melamun. Kadang mereka berhalusinasi, berbicara sendiri. Belajar berkomunikasi ini supaya bisa melepaskan unek-unek. Banyaknya aktivitas ini untuk membantu pasien bisa beristirahat dan mampu bangun untuk salat tahajud," kata Sopiah.

Untuk penyembuhan, para pecandu narkoba menjalani pengobatan dan pemberian ilmu agama selama satu bulan penuh, sedangkan pasien disertai stres bisa mencapai dua bulan.

Upaya penyembuhan pecandu narkoba di Ponpes Darul Iman muncul saat warga di sekitar meminta tolong anaknya disembuhkan dari kecanduan narkoba hingga stres.

Maman pun berhasil menyembuhkan anak tersebut. Sejak saat itu banyak orangtua menyerahkan anak mereka yang pecandu narkoba untuk direhabilitasi sampai sembuh.
Pasien yang direhab di Ponpes Darul Iman berasal dari berbagai kota antara lain Bandung, Tangerang, Jakarta, Bogor, Padang, Garut, Yogyakarta, Kalimantan, Batam, Lampung, dan Purwakarta termasuk Tasikmalaya.

Ponpes Darul Iman pun akhirnya membuka cabang pengobatan narkoba di Manonjaya, Kuningan, Ciamis, dan Bandung untuk merespons keinginan masyarakat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya