Meninggi, Gas Beracun Erupsi Gunung Bromo

Abdus Syukur
25/7/2016 03:18
Meninggi, Gas Beracun Erupsi Gunung Bromo
(MI/Abdus Syukur)

ERUPSI Gunung Bromo di Jawa Timur yang berkepanjangan mendatangkan kekhawatiran, terutama dengan gas beracun berupa asap yang keluar dari kawah gunung.

Berdasarkan penelitian secara khusus oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Bandung yang dipublikasikan kemarin, meski asap yang keluar tipis dengan warna putih kecokelatan, kandungan gas beracun dari gunung itu justru meninggi.

"Sebelumnya rata-rata kandungan SO2 (sulfur dioksida) atau zat racun hanya 180 ton/hari, kini meningkat menjadi 200 ton/hari mengikuti kelembaban suhu dan arah udara," ujar Kepala Tim Pemantau Bromo PVMBG Bandung Umar Rosadi.

Menurut Umar, dengan makin besarnya zat beracun dalam kandungan asap yang dilontarkan ke atas menunjukkan aktivitas vulkanis Gunung Bromo belum menurun.

"Ini menandakan aktivitas vulknais dalam kawah Gunung Bromo masih tetap tinggi."

Sementara itu, aktivitas Gunung Egon di perbatasan Kecamatan Waigete dan Mapitara, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, juga mulai meningkat.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka Bari Fernandez mengatakan, berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Egon, bau belerang tercium hingga radius 3 kilometer.

"Mereka bilang ada bau belerang, gempa kecil, dan asap putih masih keluar dari kawah dengan ketinggian 15-20 meter," kata Fernandez.

Fernandez mengatakan aktivitas kegempaan belum meningkat.

Akan tetapi, baru belerang yang menyengat membuat warga dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 3 km dari bibir kawah.

Gelombang tinggi

Sejumlah lokasi di Tanah Air saat ini juga sedang menghadapi gelombang tinggi.

Seperti di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, sekitar 3.000 warga terisolasi karena tingginya gelombang yang membahayakan pelayaran.

Iwan Kaono, 41, warga Pulau Enggano, mengatakan gelombang tinggi membuat 3.000 warga Pulau Enggano yang berjarak kurang lebih 120 mil dari Kota Bengkulu terisolasi lantaran kapal motor belum dapat melayani rute tersebut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, seperti diungkapkan Kepala BMKG Pangkalpinang Nurhuda, mengingatkan para nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi.

Dia menjelaskan tinggi gelombang di perairan Bangka dalam dua hari ke depan diperkirakan mencapai 1-1,5 meter.

Untuk di Selat Karimata dan Belitung bisa mencapai 2,5 meter.

"Kalau muncul awan hitam, nelayan harus waspada sebab bisa meningkatkan intensitas gelombang dan angin," ujarnya.

Sementara itu, 11 nelayan asal Padang, Sumatra Barat, kata petugas Humas Basarnas Kota Padang Arif, selamat setelah sempat dihantam badai saat melaut di sekitar Pulau Pisang, Kota Padang. (YH/MY/PO/RF/WJ/PT/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya