Raup Untung dari Kemacetan Pantura

04/7/2016 02:15
Raup Untung dari Kemacetan Pantura
(MI/ACHMAD SAFUAN)

BERMODAL minim, warga di seputar jalur pantai utara (pantura) Pulau Jawa meraup untung selama musim Lebaran.

Ribuan warung ala kadar yang baru dibangun warga menjelang arus mudik seakan menjadi oase bagi pemudik yang memadati ruas jalan seperti di Pekalongan menuju Batang, Jawa Tengah, untuk rehat melepas lelah.

Warung tidak permanen itu dibangun dengan rangka bambu dan diselubungi plastik atau seng bekas.

Meja yang biasa digunakan di rumah warga pun diusung untuk menyajikan makanan.

Adapun untuk menarik minat pelintas jalan, penjual menggunakan spanduk atau umbul-umbul bekas.

Dengan beragam upaya itu, keuntungan yang akan diraih pun diperkirakan sangat fantastis.

"Satu minggu arus mudik dapat Rp3 juta. Padahal, untuk memulai usaha hanya butuh sekitar Rp2 juta," kata Sunarti, warga Subah, Batang, yang membuka warung mi instan.

Montir di sebuah bengkel di Kota Pekalongan Sunaryo, 48, juga mengaku memanfaatkan musim libur Lebaran ini untuk membuka jasa servis mobil di pantura.

Dengan mempekerjakan 3 orang, Sunaryo mengerjakan hingga 15 kendaraan per hari.

"Rata-rata setiap hari meraih uang jasa hingga Rp1 juta. Setelah dipotong gaji anak buah, masih dapat membawa pulang Rp700 ribu per hari," kata Sunaryo.

Sementara itu, pendapatan dia dengan bekerja di bengkel milik orang hanya Rp50 ribu per hari.

"Mumpung ada kesempatan. Hanya modal kunci dan dongkrak bisa meraih jutaan," tambahnya.

Pemandangan serupa terjadi di pintu keluar Tol Brebes Timur, Jawa Tengah.

Di dekat pintu keluar tol di lokasi yang dipelesetkan dengan 'Brexit' (Brebes exit) di Desa Banjaranyar, Kecamatan/Kabupaten Brebes, tersaji deretan tenda ala kadarnya menjual beraneka makanan seperti mi instan, tahu goreng, telur asin, dan minuman.

Warga juga mendirikan kamar kecil dadakan di tepi jalan menjelang pintu keluar tol.

Berdindingkan terpal atau kain gorden setinggi 1,5 meter yang ditopang dengan empat bambu, kamar kecil darurat itu dipadati pemudik yang rela membayar untuk berkemih.

Di dalam 'ruangan' itu, hanya ada dua buah ember berisi air dan gayung.

"Kami tidak mahal-mahal, hanya Rp2.000," ujar seorang pengelola kamar kecil darurat, Dalim, 45, warga Desa Gandasuli, Kecamatan/Kabupaten Brebes.

Dalim mengaku bisa meraup Rp60 ribu per hari.

"Ya, daripada nganggur, coba-coba cari duit," tuturnya.

Anto, pemudik dari Jakarta, mengaku terselamatkan dengan toilet darurat itu.

Apalagi, dia sudah tidak kuat menahan hajat setelah berjam-jam terjebak kemacetan.

Anto dan keluarga berangkat dari Jakarta, Sabtu (2/7) pukul 22.00 WIB, dan sampai di Tol Pejagan-Brebes Timur (kemarin) pukul 15.00. (Akhmad Safuan/Supardji Rasban/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya