Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
BERBAGAI tempat di pesisir Indonesia belakangan ini mengalami anomali. Gelombang tinggi menghantam sejak awal Juni, sedangkan jumlah paus yang terdampar juga makin banyak. Baru-baru ini ada 32 paus pilot di pesisir utara Kabupaten Probolinggo. Gelombang tinggi atau yang kerap disebut gelombang pasang (storm surge) tidak hanya mengganggu pelayaran, tetapi juga menyebabkan kerusakan di peisir. Kondisi alam itu pun menimbulkan kekhawatiran akan anomali yang dapat berlangsung lama. Perubahan kondisi alam itu telah dianalisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala Bagian Humas BMKG Hary T Djatmiko mengatakan kondisi tersebut terjadi lantaran adanya pola-pola tekanan, baik rendah maupun tinggi yang berada di wilayah samudra. "Tekanan berasal dari sebelah barat Australia sehingga berimbas cukup kuat pada daerah yang berhadapan langsung dengan samudra, seperti pesisir barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," tuturnya kepada Media Indonesia, Selasa (28/6). Kondisi kemudian makin parah karena berbarengan dengan pasang air laut maksimum yang setiap bulan pasti terjadi.
Akibatnya, dampak pada daratan sangat besar. "Namun, peristiwa tersebut sudah berlalu, yang perlu diwaspadai gelombang tinggi di lautan yang tidak lagi berdampak pada daratan, tiga hingga lima hari ke depan," kata Hary. Ia juga menegaskan kondisi gelombang tinggi ini tinggi tidak ada kaitannya dengan perubahan iklim. Hal yang sama juga menyangkut dengan peristiwa terdamparnya mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba. Aliran gelombang yang masih mengarah ke Indonesia menyebabkan perairan di wilayah Indonesia masih hangat, berbeda dengan Australia.
Hary menganalogikan mamalia laut seperti manusia, saat dihadapkan pada kondisi dingin, akan mencari tempat yang lebih hangat. Wilayah hidup yang berada di samudra menjadikan paus kerap mengikuti gelombang mencari tempat hangat. "Suhu laut kita mulai dari permukaan sampai kedalaman tertentu masih hangat, plankton banyak, dan itulah sumber makanan bagi paus. Kalau ikan kecil enggak mencari tempat hangat," jelasnya. Soal dampak perubahan iklim, Hary menyebut perubahan lebih terjadi pada peningkatan atau penurunan suhu air laut, juga kadar peningkatan karbon, karbon dioksida, dan sulfat. Namun, pengaruhnya di alam masih baru akan diketahui lewat pengamatan dalam waktu yang cukup panjang.
Pengaruh manusia dan alam
Peneliti mamalia laut dari Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Sekar Mira mengatakan banyak sebab yang melatarbelakangi terdamparnya mamalia laut, mulai faktor internal seperti penyakit yang dibawa hewan tersebut hingga faktor eksternal seperti ulah manusia melalui alat tangkap, dan penyebab alamiah berupa gempa dasar laut dan cuaca ekstrem. Mira mengatakan paus pilot seperti yang ditemukan di wilayah Probolinggo memang merupakan spesies di daerah tropis. Paus jenis Globicephala itu juga biasa hidup berkelompok, sekitar 30-100 individu dalam satu kelompok.
Sebab itu itu tidaklah mengherankan jika mereka ditemukan dalam jumlah yang banyak. "Kita masih takjub ya kalau melihat paus, padahal beberapa jenis paus memang hidup di perairan kita. Namun, ada peningkatan kepedulian dari masyarakat sehingga cepat memberikan laporan, berita cepat tersampaikan. Bisa saja dari zaman dahulu, tren mamalia laut terdampar itu sudah ada," ungkapnya.
Mira pun enggan menjadikan gelombang tinggi dan pasang sebagai penyebab terdamparnya paus maupun mamalia laut lain. Hal tersebut harus dibuktikan melalui tes laboratorium. Seperti yang pernah terjadi di Meksiko, banyaknya mamalia laut yang terdampar dan mati disebabkan banyaknya kandungan minyak yang masuk ke tubuh mamalia laut tersebut. "Cuaca ekstrem itu memang bisa membuat pasang yang sangat tinggi dan surut yang sangat rendah. Jika biasanya mereka makan di daerah tersebut tubuhnya masih terendam air, tetapi bisa jadi karena saking ekstremnya cuaca tempat tersebut menjadi kering (terkena dampak surut)," tutup Mira. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved