Bunyi gemuruh itu terasa semakin membesar akibat muntahan material dari dasar kawah. Laksana parade kembang api, semburan lava pijar pun menyeruak dari kawah, membubung ke angkasa lalu terlontar tidak lebih dari 20 meter dari tempat untuk menyaksikan letusan itu. Tipe stromboli, demikian Petrus Tupeng Taran, pemantau Gunung Batutara, menjelaskan tipe semburan lava pijar dari gunung berapi yang berjarak 50 kilometer dari pelabuhan laut Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur itu.
Percikan material letusan tersebut menerangi permukaan air laut lalu padam ketika menyentuh permukaan air. Larik-larik cahaya api tersebut sangat mirip sapu lidi yang terikat pada pangkal dan melebar di bagian ujungnya. Dalam jarak pandang sangat dekat dari atas geladak kapal cepat berbahan fiber, setiap 20 menit berselang, gemuruh dan semburan lava pijar dari kawah gunung di Pulau Komba itu mengaduk-aduk nyali.
Gemuruh dan semburan material pijar di dasar kawah itu membuat bulu kuduk merinding. Namun, letusan itu tidak disertai bunyi yang keras. Bunyi ledakan pada setiap letusan Gunung Batutara ini terdengar samar-samar dalam jarak pandang lebih dari 20 meter. Kesenyapan di Pulau Komba semakin memperkuat kesan seram, sesuai dengan apa yang dikatakan nenek moyang orang Lembata yang menjuluki Batutara adalah pulau menyeramkan.
Gambaran itu muncul dari cerita rakyat di Desa Napasabok, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, desa di pesisir timur yang berhadapan dengan Pulau Komba. Bagi warga setempat, Batutara disebut Betar. Pulau bagi nelayan yang hilang di laut dan tidak pernah kembali ke rumah. Untuk mencapai Pulau Komba, dengan menumpang kapal cepat, jarak 50 km dari pelabuhan laut Kota Lewoleba dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit. Menurut Toni Lebuan, Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, eksotisme Gunung Baturata menjadi salah satu andalan daerahnya.
"Ini adalah salah satu destinasi wisata yang kami tawarkan kepada wisatawan yang menyukai tantangan. Semburan material letusan Batutara menjadi objek wisata yang sedang kami kembangkan. Sudah banyak wisatawan kami ajak untuk menikmati letusan ini," ungkap Toni. Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gelogi mencatat Gunung Batutara meletus pertama kali tahun pada 1847 dan 1852. Gunung dengan ketinggian 470 meter di atas permukaan laut atau 3.750 meter dari dasar laut itu terakhir meletus pada 2007.