Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Grobogan Sukses Turunkan Praktik BAB Sembarangan

AS/Ndr/N-4
01/6/2016 06:55
Grobogan Sukses Turunkan Praktik BAB Sembarangan
(MI/Akhmad Safuan)

APLIKASI Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Smart diluncurkan Kementerian Kesehatan bersama Water and Sanitation Program (WSP)-The World Bank, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/5) malam. Dengan aplikasi itu, akses sanitasi untuk masyarakat Indonesia ditargetkan tercapai hingga 100% pada 2019 mendatang. Semua pihak dapat mengetahui langsung berapa persen pencapaian STBM suatu daerah lewat aplikasi berbasis internet itu.

Tahun lalu, STBM yang didukung setiap pemimpin daerah berhasil meningkatkan akses sanitasi hingga 47% dan menurunkan jumlah penduduk perdesaan yang melakukan praktik buang air besar (BAB) sembarangan.

Salah satu daerah yang pencapaian akses sanitasinya sukses mencapai 100% ialah Kabupaten Grobogan. Di sisi lain, pencapaian terburuk Jawa Tengah diraih Kabupaten Banjarnegara yang hanya mampu meraih angka 45%.

Bupati Grobogan Sri Sumarni mengungkapkan sosialisasi menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Upaya itu telah dilakukan bertahun-tahun lalu dengan berbagai pendekatan. "Kami sosialisasi di tiap desa dengan strategi penghijauan di masyarakat dengan bekerja sama dengan kepala desa, RT, dan RW, bahkan melalui arisan warga untuk menyosialisasikan. Bahkan, dalam aplikasi ke masyarakat dilakukan pembuatan jamban, bekerja sama dengan swasta," katanya.

Selain itu, lanjut Sri Sumarni, pemerintah melakukan pendekatan lewat kearifan lokal seperti arisan jamban, kredit murah untuk membuat jamban, atau sistem denda jika BAB tidak di kloset. Kesuksesan Grobogan itu menginspirasi daerah lain untuk mencapai target akses sanitasi 100% di 2019.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pendekatan dengan kearifan lokal penting untuk mengubah kebiasaan BAB sembarangan. Karena itu, pemerintah menggandeng tokoh-tokoh yang dipercayai masyarakat. "Seperti ulama, kiai, lurah, dan guru. Siapa pun, termasuk dukun yang dipercaya di kampung-kampung," kata Ganjar Pranowo.

Senada, Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengiyakan faktor budaya memengaruhi keberhasilan penyediaan akses sanitasi. Ia pun mengaku pencapaian target akses sanitasi 100% pada 2019 tak bisa dikerjakan Kemenkes sendirian. "Tidak mungkin kerja sendiri, mungkin bisa dengan Kementerian PU-Pera soal air bersih atau perumahan sehat," ucapnya. Selain itu, ia mengapresiasi keterlibatan Asosiasi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi). "Akkopsi sudah baik sekali, semoga yang lain-lain juga. (AS/Ndr/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya