Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Rendang ayam, cincang daging sapi, ayam goreng, sambal cabai hijau, lalapan daun singkong serta belasan menu khas rumah makan padang lainnya tersaji sepanjang hari hingga malam tanpa jeda di Rumah Makan (RM) Indarung yang berjarak 70 meter saja dari Exit Tol Gunung Sugih Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS). Buka 24 jam, RM Indarung yang berada di Jalan Lintas Sumatera, Kabupaten Lampung Barat, Lampung ini berdiri tiga bulan setelah ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada Maret 2019.
Amrin Buyung, 50, sang pemilik, gesit membaca peluang dari pengoperasian tol penghubung Bakauheni dengan Palembang yang dibangun dan dioperasikan PT Hutama Karya (Persero) itu. “Dulunya saya jualan ikan asin di pasar sekitar Lahat dan Muara Enim, bisa dibilang agen. Namun, sering rugi karena sering dihutangi. Karena waktu muda pernah punya pengalaman kerja di restoran dan istri walaupun aslinya dari Jawa tapi pintar masak makanan padang, diputuskan buka usaha rumah makan dan sewa di lokasi yang kami nilai sangat strategis dengan adanya JTTS,” ujar Amrin, di antara kesibukannya mengawasi pegawainya melayani supir serta penumpang mobil travel dari Sumedang, Jawa Barat, yang menuju Jambi.
Infrastruktur mengalirkan rezeki
Menyewa tanah dengan lebar muka 25 meter, yang difungsikan sebagai lahan usaha sekaligus rumah yang dihuni bersama istri dan empat anaknya, Amrin mengaku usahanya bukan cuma bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anaknya, namun juga ketenangan karena tak lagi terlibat dalam drama tagih menagih utang. Keasyikan lainnya, berjumpa banyak orang dan aneka kisah para pejalan. Lahan parkir RM Indarung bisa menampung enam bis serta 15 mobil travel. RM Indarung yang kini memasuki usia tiga tahun kini juga membuka layanan penjualan tiket bus dan travel.
“Kami usaha di sini modal sendiri, jadi nggak ada kewajiban bagi hasil. Hasil usaha sehari semalam kami hitung di pagi hari dan dipakai belanja ke Pasar Bandar Jaya, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Sisa yang diperoleh itu ya berarti untungnya, kami gunakan untuk membiayai kuliah dua anak, di Universitas Telkom Bandung dan di Sumatera Utara, dua lagi masih sekolah. Senangnya lagi, dengan buka usaha ini, kami bisa lihat dan dengar cerita orang dari berbagai daerah,” ujar Amrin yang menyediakan 60 tempat duduk, disertai fasilitas musola dan toilet.
Berkah pembangunan JTTS dan pembukaan exit tol Gunung Sugih itu dimanfaatkan Amrin dengan berikhtiar memberikan layanan prima pada para pengemudi dan penumpang, di antaranya bus ALS, salah satu legend transportasi lintas Sumatera yang kini juga memanfaatkan JTTS. Dari semula hanya menjajal untuk bersantap dan beristirahat di RM Indarung setelah sedikit keluar dari jalur tol, mereka kini menjadi langganan dan jumlahnya terus bertambah.
“Dari Pelabuhan Bakauheni, mereka biasanya langsung masuk tol. Nah biasanya saat masih di tol, awak bus telepon ke sini, memberi tahu jumlah penumpang sehingga kami bisa siap-siap. Kalau dirasa nasinya atau lauk kurang, kami bisa segera masak. Tiba di sini, makanan sudah siap, mereka juga bisa istirahat, shalat dan ke toilet. Memang sengaja mobil travel dan bus itu keluar Exit Tol Gunung Sugih hanya untuk makan di sini, habis makan dan istirahat, mereka masuk lagi ke tol dan melanjutkan ke tujuannya, ada yang ke Aceh, Jambi dan Palembang. Sepanjang ada tol, mereka akan melanjutkan pakai tol karena pertimbangan waktu, menghindari kemacetan dan keamanan di jalan,” tutur Amrin.
Aliran rezeki yang berhulu dari infrastruktur yang dibangun dan dikelola Hutama Karya bahkan telah mengalir pada tiga karyawan RM Indarung yang membantu Amrin dan sang istri, Wahyu Miarsih, 46, sang juru masak.
“Kami bergiliran, capai tapi hasilnya Alhamdulillah bisa buat makan dan sekolah. Bisa dibilang kami hidup dari berkah JTTS karena kalau pembeli biasa memang ada, tapi sedikit,” ujar Amrin yang menyebut seperti juga tempat makan sekaligus istirahat lainnya, ia memberikan layanan makan dan rokok gratis pada pengemudi sebagai bentuk terima kasih sudah berkontribusi membuat dapur RM Indarung terus ngebul.
Sebelum masa pandemic, kini bus yang parkir di muka RM Indarung mencapai sedikitnya 10 dalam sehari, sedangkan mobil travel sebanyak 16 setiap harinya. Sempat terdampak hebat pada awal masa pandemi, hingga jumlah bus dan mobil travel yang mampir berkurang lebih dari setengahnya, kini RM Indarung mulai kedatangan sedikitnya 4 bis dan 7 mobil travel setiap harinya.
“Kalau jumlah penumpangnya, ya memang berkurang dibanding sebelum korona, tapi ya dari dulu pun bervariasi. Bis kadang ada 30 penumpang, tapi juga bias hanya belasan orang, kalau travel yang ukurannya besar, bisa berisi belasan orang. Sekarang ini sudah mulai membaik, sudah banyak perubahan. Kita juga taat peraturan, menyediakan sarana cuci tangan dan tempat duduk diberi jarak, supaya orang tenang makan di sini.”
Dampak kebaikan dan berkelanjutan JTTS itu pun terus dialirkan Amrin ke sekitarnya.Setiap harinya, RM Indarung menyerap bahan baku lokal, mulai sayuran, ayam hingga 10 kg dan beras 10kg sampai 20 kg. “Semoga tolnya makin ramai, dan covid-19 benar-benar berakhir, supaya kendaraan yang melintas juga makin banyak dan warung kami juga ikut maju,” kata Amrin.
Panen Makin Lancar
Berkah JTTS bukan cuma terasa warga yang berniaga, namun juga para petani, salah satunya Abraham Untung Suripan,56. Abraham berkebun buah naga di lahannya di Desa Kampung Baru, Kecamatan Mesuji Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Setelah Exit Tol Simpang Pematang JTTS dibuka, Abraham mengaku lebih mudah menjual hasil panen dari 1.000 pohon buah naga atau Hylocereus polyrhizus yang dirawatnya. Panen setiap 15 hari itu mendatangkan perolehan sebanyak 3 ton yang dihargai sedikitnya Rp20 ribu per kg.”Itu harga kebun ya,” ujar Abraham di tengah kesibukannya di kebun buah naga seluas satu hektare miliknya.
Berkat kerja kerasnya beralih dari semula bertani karet, dengan mempelajari karakter buah naga yang sarat teknik perawatan sejak 2013 lalu, kini hasil panen Abraham telah konsisten, baik jumlah maupun kualitasnya. “Butuh waktu buat beradaptasi dan belajar, dulu saya tanamnya mulai dengan 55 batang,” kata Abraham yang desanya berjarak 45 km dari Exit Tol Simpang Pematang, yang masih masuk dalam Mesuji namun juga merasakan berkah JTTS.
“Pengaruhnya banyak, transportasi lebih mudah dan murah, karena semula jalan lintas Sumatera yang kami gunakan hanya jalur timur. Buat kami para petani, infrastruktur sangat penting karena menentukan harga jual dari pengepul. Mereka juga akan memasukkan biaya transportasi saat membeli hasil panen. Secara umum sekarang akses untuk semua komoditas, termasuk bahan-bahan pokok masyarakat juga makin lancar,” kata Abraham yang mengaku kini hanya butuh waktu 3 jam menuju Lampung. “Dulunya butuh setengah hari.”
Kini, tata niaga buah naga merah, yang di dalamnya termasuk komponen daya beli masyarakat, ongkos pengangkutan hingga akses dari kebun ke pasar, secerah warnanya. Abraham yang di lingkungan desanya terbilang sukses membudidayakan buah naga, membagi pengalamannya pada petani lain. Kini petani Desa Kampung Baru ramai-ramai merintis budidaya buah naga merah.
Ketika nantinya buah naga merah menjadi komoditas utama Kampung Baru, Abraham berharap bisa menjadikannya sebagai oleh-oleh khas yang juga kebanggaan serta dijajakan di area istirahat di ruas JTTS, terutama Rest Area Km 234 Mesuji yang lokasinya terdekat. “Supaya buah naga dikenal sebagai oleh-oleh dari Mesuji,” ucapnya.
Gairah kebun-kebun buah naga, baik yang telah produktif seperti milik Abraham, juga para petani yang masih merintis, kini terhubung lebih efisien dengan pasar berkat mulusnya JTTS. Optimisme itu pula yang kini memacu Abraham berekspansi dengan komoditas cabe jawa atau Piper retrofractum sebagai bahan baku jamu bernilai tinggi.
“Dengan infrastruktur yang lebih baik, kemungkinan pengembangan budi daya bias terus kita jajaki,” ujar bapak empat anak itu.
Optimistis Menghubungkan Sumatra
Optimisme Abraham, Amrin juga warga Sumatera serta penduduk negeri ini yang merasakan manfaat JTTS ditebus kerja keras Hutama Karya seperti yang diungkapkan Direktur Utama Budi Harto yang menyampaikan JTTS sebagai jaringan jalan tol terpanjang di Indonesia. Terbentang dari Lampung hingga Aceh melalui 24 ruas jalan dengan panjang keseluruhan 2.704 km, JTTS akan beroperasi penuh pada 2024. "Infrastruktur jalan menjadi porsi besar dalam proyek strategis nasional (PSN) untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pembangunan jalan. Kami melaksanakannya dengan dedikasi yang tinggi karena kita tahu tujuan dari infrastruktur yang kita bangun ini untuk apa," ujar Budi harto dalam keterangan tertulis.
Berbeda dengan jalan tol di Jawa yang dibesut untuk mengurai kemacetan jalan raya, JTTS memang didedikasikan untuk membuka daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi menjadi ramah investasi. Kondisi itu ditandai dengan jarak exit tol JTTS dengan jalan lintas Sumatera rata-rata sekitar 40-70 km, berbeda dengan jalan tol Trans Jawa yang rata-rata hanya berjarak 2-3 kilometer dari jalan Pantura.
“Sebagai pulau terbesar kedua dengan populasi melebihi 55 juta jiwa, Sumatera memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Dianugerahi beragam potensi alam dan komoditas berlimpah, mulai dari karet, minyak kelapa sawit, kopi, minyak bumi, batu bara, dan gas alam, pada 2015 Sumatera menyumbang 22,21% produk domestik bruto (PDB) Indonesia, terbesar kedua setelah Jawa. Oleh karena itu, kemajuan dan keberlanjutan perekonomian Sumatera sangat penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan,” ujar Budi Harto. (X-16)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved