Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
SALAH satu langkah utama untuk mengurangi penyebaran covid-19 adalah meningkatkan kewaspadaan dalam praktik kebersihan. Akses terhadap air bersih menjadi salah satu elemen penting dalam kegiatan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, yang dipercayai sebagai salah satu upaya yang paling efektif dalam membunuh virus yang sudah menginfeksi lebih dari 4 juta warga Indonesia itu.
Air bersih juga menjadi salah satu faktor suksesnya Gerakan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi) yang dikampanyekan pemerintah.
Bagi warga yang sehari-hari mengakses air bersih dengan mudah, kegiatan mencuci tangan bukan menjadi perkara sulit. Namun, untuk beberapa warga lain hal itu bisa menjadi musibah.
Baca juga: Asa Sejahtera Kampung Garam di Pesisir Laut Selatan
Hal itu juga yang dirasakan sejumlah warga Tambak Lorok, dekat pelabuhan Tanjung Emas, Jawa Tengah. Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia, dan MonashUniversity, Australia, telah mewawancarai 25 wanita dari Tambak Lorok untuk mengetahui lebih banyak tentang pengalaman mereka selama pandemi covid-19. Ternyata pandemi telah berdampak pada akses warga Tambak Lorok terhadap air, sanitasi, dan kebersihan. Selain itu, kondisi itu dialami oleh perempuan dan laki-laki dengan cara yang berbeda.
Bagi perempuan yang tinggal di lokasi yang akses mereka terhadap air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) sudah terbatas, kebutuhan akan praktik kesehatan yang lebih ketat telah menambah lapisan kekhawatiran lain dalam kehidupan sehari-hari.
Ditambah lagi dengan penurunan pendapatan karena sebagian besar perempuan yang melakukan pekerjaan berbayar berada di sektor informal. Memiliki lebih sedikit uang tunai telah mengurangi kapasitas mereka untuk membeli air minum, atau air yang dibutuhkan untuk pembersihan dan pencucian ekstra. Secara keseluruhan, akses yang buruk ke WASH membuat orang lebih rentan terhadap virus corona.
Menurut Tim Riset Gabungan Australia Indonesia Centre, dalam sistem keluarga tradisional, perempuan diharapkan menjadi ibu rumah tangga dan laki-laki menjadi pencari nafkah. Perempuan memiliki pekerjaan di rumah, mengurus rumah dan anak-anaknya. Laki-laki mencari nafkah untuk keluarga mereka.
"Ketika pandemi terjadi, perbedaan antara ibu dengan ayah menjadi kabur. Orang-orang mulai bekerja dari rumah dan anak-anak belajar dari rumah. Rumah menjadi pusat segalanya. Dihipotesiskan bahwa hal ini mungkin berdampak pada peran gender dalam rumah tangga di Tambak Lorok," ujar mereka.
"Beberapa peserta merasa bahwa peran gender tidak berubah, tetapi pengalaman perempuan menunjukkan bahwa beberapa tanggung jawab mereka telah meningkat atau bergeser. Meskipun suami mereka tidak banyak bekerja, tugas khusus pandemi untuk menjaga anak-anak di rumah, menemani anak sekolah dari rumah, dan mencuci masker sebagian besar jatuh ke tangan para perempuan," imbuhnya.
Selain itu, beberapa wanita melaporkan bahwa ketika pekerjaan suami mereka berkurang atau berhenti, mereka telah mengambil tugas mencari nafkah serta pekerjaan rumah tangga mereka. Terakhir, tanggung jawab promosi kesehatan, seperti mendorong masyarakat untuk mencuci tangan dan membuat serta memberikan masker, dianggap sebagai peran perempuan di Tambak Lorok (seperti di tempat lain); karenanya, ini adalah tanggung jawab ekstra bagi perempuan.
Secara keseluruhan, meski pandemi ini merupakan keadaan yang sulit bagi semua orang, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa itu merupakan tantangan ekstra bagi perempuan. Kelompok masyarakat yang berbeda seperti perempuan, orang non-biner dan laki-laki dalam kaitannya dengan pertanyaan penelitian yang diajukan dalam proyek ini harus dikonsultasikan dan dimasukkan dalam perencanaan dan kegiatan lebih lanjut yang terkait dengan WASH dan pembangunan lain di Tambak Lorok.
Terlepas dari pandemi, sebagian besar perempuab mengatakan tantangan terbesar dalam kehidupan sehari-hari mereka masih sama yaitu banjir pantai setiap hari yang membawa air ke rumah mereka dan menyebarkan kotoran sebagai akibat dari buang air besar sembarangan dan pembuangan limbah yang tidak memadai di desa. Ini semua mengarah pada infeksi.
Air banjir membawa kotoran dari buang air besar sembarangan dan jamban yang tidak dibangun atau rusak. Banjir di dalam rumah dan jalan membuat sulit untuk berkeliling, menyebabkan kerusakan properti dan menyebabkan infeksi dan iritasi kulit.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa pandemi memiliki beberapa dampak positif pada akses ke WASH, termasuk pembuatan tempat cuci tangan di luar rumah, dan bantuan dari lembaga pemerintah dan masyarakat untuk memberikan bantuan dan kebutuhan dasar.
Laporan ini melihat pengalaman masyarakat menghadapi dampak pandemi di lingkungan sosial ekonomi rendah masyarakat pesisir Tambak Lorok. Temuan menunjukkan pandemi telah berdampak pada akses semua penduduk ke WASH, tetapi mempengaruhi perempuan dan laki-laki secara berbeda.
Tantangan terbesar bagi perempuan dan anak perempuan di komunitas ini, bagaimanapun, dalam hal akses ke air, sanitasi dan kebersihan, adalah efek dari banjir pesisir lokal, yang di beberapa musim terjadi setiap hari dan dapat berlangsung hingga dua jam. Hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain lokasi (air pasang), pengambilan air tanah dan infrastruktur yang tidak memadai.
Dikenal secara lokal sebagai rob, banjir membawa air ke rumah, menyebarkan kotoran dan menyebabkan infeksi. Bahkan dalam konteks pandemi, isu utama yang dikemukakan warga desa untuk para pembuat kebijakan dalam penelitian ini adalah perbaikan pengelolaan banjir pesisir.
Lewat penelitian ini setidaknya ada lima rekomendasi utama untuk prioritas pemerintah, yang juga dapat digunakan untuk membantu menginformasikan keputusan kebijakan di wilayah pesisir dataran rendah lainnya di Indonesia
Pertama, memfasilitasi keterlibatan multi-stakeholder dalam perencanaan pengelolaan banjir pesisir dan akses ke air, sanitasi dan kebersihan (WASH). Kedua, integrasikan perencanaan WASH dan pengelolaan banjir pesisir untuk masyarakat yang terkena dampak.
Selanjutnya yang ketiga, jelajahi pilihan untuk pengelolaan air terpadu di tingkat daerah tangkapan daripada beberapa solusi skala kecil. Kemudian, para pembuat kebijakan diharapkan untuk terus memberikan paket bantuan sosial kepada penduduk sambil menjajaki langkah-langkah jangka panjang untuk memperkuat mata pencaharian melalui keterampilan, pelatihan dan dukungan usaha.
Terakhir, merancang strategi untuk mendorong pria di rumah untuk membantu merawat anak-anak mereka. Dengan begitu, beban perjuangan warga pesisir Tambak Lorok setidaknya bisa berkurang, mengingat pandemi belum usai dan musim penghujan semakin dekat.
Untungnya sudah ada indikasi bahwa pemerintah sedang bersiap untuk fokus pada perbaikan kondisi kehidupan di Tambak Lorok. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang diberikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, tampaknya pemerintah kota berencana untuk mengembangkan Tambak Lorok sebagai kampung bahari. Hal ini mencakup jaringan air perpipaan yang lebih baik, pompa air yang dioptimalkan untuk mencegah banjir, dan membuat kawasan lebih bersih dan higienis. (Ant/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved