Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Bersiap saat Perut Bumi sudah tidak Memberi

27/4/2016 03:15
Bersiap saat Perut Bumi sudah tidak Memberi
(MI/Arya Manggala)

BERKAH migas tidak akan datang selamanya. Karena itu, Bojonegoro menyiapkan diri untuk mengangkat potensi yang mereka miliki.

Untuk meningkatkan perekonomian berbasis agrobisnis secara terpadu, daerah ini mengembangkan 10 objek wisata. Yang sudah moncer ialah kebun belimbing di Desa Ngringinrejo, dan kebun jambu merah di Mayanggeneng, keduanya di Kecamatan Kalitidu. Yang lain ialah wisata alam, yakni panorama Bukit Atas Angin di Kecamatan Sekar, Khayangan Api di Kecamatan Ngasem, serta Waduk Pacal dan Air Terjun Kedung Maor di Temayang.

Sementara itu, lokasi lain yang masih dikembangkan ialah kebun salak di Kecamatan Kapas, wisata edukasi Kerajinan Gerabah Rendeng dan Wali Kidangan di Kecamatan Malo, serta geo heritage sumur minyak tua Wonocolo di Kecamatan Kedewan. Dari 10 objek itu, baru tiga kawasan yang infrastrukturnya sudah memadai, yakni kebun belimbing, Khayangan Api, serta kebun salak.

Yang lain, proses pengembangannya masih dilakukan. Untuk mempercepatnya, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro membangun sarana pendukung, di antaranya peningkatan kualitas jalan dengan pembetonan.

Jalan poros kecamatan yang dulu beraspal tipis, dan mudah terkelupas, disulap dengan beton tebal tak kurang dari 25 sentimeter.

“Untuk pembetonan jalan poros kecamatan dan mendukung pengembangan objek wisata, kami menganggarkan Rp35 miliar,” papar Bupati Bojonegoro Suyoto.

Kesibukan pun nampak di jalan penghubung antarkecamatan itu, seperti pemasangan paving block di masa lalu, pembetonan juga dilakukan hampir serempak di 28 kecamatan. Media Indonesia pun merasakan langsung pengguliran pembetonan di kawasan Bukit Atas Angin dan geo heritage sumur minyak tua Wonocolo. Kesibukan pekerja juga terlihat di kawasan Kecamatan Sekar dan Kecamatan Gondang.

“Dengan pembetonan, kami berharap dapat mengembangkan perekonomian kawasan. Selain memudahkan mobilitas orang dan barang, kami juga ingin menggali potensi wisata di sana,” kata bupati yang akrab dipanggil Kang Yoto itu.


Beragam pesona

Wisata yang dijual Bojonegoro tergolong unik. Kebun belimbing, misalnya, merupakan kampung sentra penghasil buah berwarna kuning dan manis itu. Di hamparan kebun, pengunjung bisa membeli dengan memetik langsung. Objek kebun salak dan jambu merah juga menyajikan pesona yang sama.

Sementara itu, di Bukit Atas Angin, pengunjung bisa menikmati indahnya panorama kawasan selatan Bojonegoro dari ketinggian. Hawa hangat khas pengunungan kapur memberi sensasi tersendiri bagi pengunjung.

“Pengunjung dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat sudah datang ke lokasi ini. Bahkan, belum lama ini ada juga turis dari Belanda yang datang,” terang Mbah Seger, juru kunci Atas Angin.

Lokasi lain yang tidak boleh diabaikan ialah Khayangan Api. Di tengah hutan lindung jati milik Perhutani di Desa Ngunut, Kecamatan Ngasem, itu ada panorama api abadi. Siang malam, kobaran api tidak pernah padam.

Sementara itu, Waduk Pacal dan Air Terjun Kedung Maor di Kecamatan Temayang menawarkan pesona pemandangan yang tak kalah elok. Kedung Maor merupakan objek alam bebatuan yang terkikis secara alami oleh air secara terus-menerus membentuk kubangan air alami yang lebar dan dalam. Itulah Green Canyon-nya Bojonegoro yang berada di tengah Hutan Tretes yang masih sangat rimbun.

Objek terakhir yang akan diluncurkan akhir April ini ialah kawasan tambang minyak tradisional di Wonocolo, Kecamatan Kedewan. Di lokasi wisata sains geo heritage itu, pengunjung bisa melihat langsung proses pengambilan minyak mentah tradisional di ratusan sumur.

Di ambang senja penambangan tradisional ini, SKK Migas, PT Pertamina, dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggagas Wonocolo menjadi desa wisata tambang minyak tradisional. Pada akhir April ini, penetapan itu akan disemarakkan dengan sejumlah kegiatan dan pesta rakyat.

“Dengan adanya desa wisata, kami berharap warga bisa tetap mendapat penghasilan. Tidak hanya bergantung pada tambang minyak, tapi juga mendapat berkah dari kunjungan wisata,” papar Camat Kedewan Moch Tarom. (Mohammad Yakub/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya