Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
SUYOTO berada di lounge bandara di Dubai. Sejurus, seorang pemuda menghampirinya. Mengaku berasal dari Bojonegoro, sang pemuda yang bekerja di perusahaan minyak dan gas di Afrika itu menyatakan tengah berlibur.
Itu bukan cerita nyata. Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, mengaku mengimpikan peristiwa tersebut.
“Saya berharap lima tahun mendatang, itu akan jadi kenyataan,” kata Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, itu.
Demi mewujudkan mimpinya, Kang Yoto mencanangkan dimulainya era generasi emas di Bojonegoro. Ia ingin melahirkan tenaga ahli yang terampil di bidang perminyakan, juga di banyak bidang lain.
Bojonegoro dianugerahi kekayaan minyak dan gas yang besarnya mencapai 20% dari total kebutuhan migas di Tanah Air. Dua ladang minyak besar berada di Blok Cepu dan Blok Tuban.
“Saya tidak ingin, setelah minyak habis, anak cucu warga Bojonegoro tidak merasakan berkahnya. Karena itu, dari dana bagi hasil migas, kami menanamnya untuk membangun sumber daya manusia Bojonegoro menjadi warga unggulan,” papar Kang Yoto.
Dengan dukungan dana bagi hasil minyak dan gas, sejak 2013 sudah ada 10 anak Bojonegoro yang bekerja di PT Elnusa. Selain itu, ada 20 anak lain yang tengah menempuh pelatihan di perusahaan yang sama.
Pemerintah kabupaten juga menyekolahkan 15 anak di Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (STEM), Pusat Pendidikan dan Pelatihan Migas.
Rata-rata para pekerja migas asal Bojonegoro itu berasal dari keluarga yang kurang mampu. Keterbatasan membuat mereka memiliki semangat dan pantang putus asa.
“Komitmen dan totalitas menjadi hal utama dalam bekerja. Meski hanya lulusan SMA plus, kami yakin punya keterampilan yang sama dengan lulusan perguruan tinggi,” papar Jurais Al Qorni, warga Bojonegoro, yang bekerja di PT Elnusa sebagai roughneck atau operator lantai bor. “Mungkin kami kalah di teori, tapi keterampilan di lapangan sama. Bahkan, secara mental lebihlah,” tambahnya.
Tingkatkan SDM
Tiga tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga menggelar program beasiswa. Semua siswa setingkat sekolah menengah atas menerima dana bantuan pendidikan tanpa melihat status sosial keluarga, status sekolah, ataupun lokasinya.
“Yang penting, dia merupakan warga Bojonegoro dan ber-KTP Bojonegoro, siswa itu berhak atas dana bantuan pendidikan,” kata Kang Yoto.
Dinas Pendidikan Bojonegoro mencatat dalam dua tahun terakhir ada 49 ribu siswa SMA dan sederajat yang menerima beasiswa. Pada 2014, mereka menerima Rp500 ribu per tahun. Tahun berikutnya ditingkatkan menjadi Rp700 ribu. “Tahun ini, kami mendapat dana bagi hasil migas lebih besar sehingga bisa meningkatkan dana beasiswa menjadi Rp2 juta per siswa,” lanjut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik itu.
Selain itu, Pemkab Bojonegoro mengalokasikan bantuan khusus siswa miskin (BKSM) senilai Rp5,6 miliar. Pada 2013, dana diberikan kepada 91 lembaga dengan alokasi dana sebesar Rp2,8 miliar.
Dana besar pun digelontorkan untuk membiayai kuliah sejumlah mahasiswa untuk menjadi dokter. “Ada dua dokter spesialis, 12 dokter umum, dan 2 dokter gigi. Ini upaya pemkab untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Bojonegoro,” kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah Zainuddin.
Sampai akhir masa jabatannya, Kang Yoto memprogramkan pelatihan dan penciptaan 12 ribu tenaga kerja andal di berbagai bidang. Kang Yoto bersiap menjadikan programnya itu berlangsung secara berkelanjutan meski posisi bupati digantikan orang lain. Bersama DPRD, ia tengah memproses lahirnya peraturan daerah tentang dana abadi yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia wong Bojonegoro.
“Setelah 20-30 tahun masa operasional pengeboran minyak dan gas di Bojonegoro, kami targetkan bisa mendapatkan Rp20 triliun dana abadi dari bagi hasil migas. Dengan bunga 6% saja, kami akan punya dana besar untuk melahirkan manusia-manusia berilmu dari daerah ini,” papar bapak tiga anak itu.
Meski hanya bisa menakhodai daerahnya kurang dari dua tahun lagi, Kang Yoto berjanji akan terus mengawal pembangunan di tanah kelahirannya ini. “Saya akan menjadi pendorong bagi pemimpin baru yang bekerja untuk rakyat Bojonegoro. Namun, saya akan menjadi lawan bagi pemimpin yang tidak memperhatikan rakyat,” tegasnya.
Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur juga menjadi pekerjaan berat di Bojonegoro. Sejumlah program digeber, di antaranya program pemavingan untuk jalan-jalan desa, bahkan sampai ke gang-gang. Untuk yang satu itu, Bojonegoro pernah menyabet Sustainable Development Inisiative Award pada 2013.
Sejak tahun lalu, pembangunan infrastruktur juga berlanjut ke jalan-jalan poros kecamatan. Kali ini, Kang Yoto memilih program pembetonan sehingga jalan antarkecamatan bisa dilalui kendaraan berat.
Sejumlah jembatan di atas Sungai Bengawan Solo pun dibangun, di antaranya Bojonegoro-Trucuk, Padangan-Kasiman, KalitiduMalo dan Kanor-Rengel. Tujuannya untuk membuka daerah yang terisolasi, juga menjual potensi daerah yang selama ini terpendam.
Soal banjir yang juga menjadi penyakit tahunan pun sudah bisa diretas dengan pembangunan Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu. “Saya yakin pemerintah tahu apa yang terbaik bagi rakyatnya. Saya percaya kepemimpinan Kang Yoto untuk Bojonegoro,” kata Supangat, petani belimbing di Ngringinrejo, Kalitidu, yang beberapa tahun lalu selalu terendam luapan Sungai Bengawan Solo. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved