Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
JENUH, kesal, dan ingin pulang menggelayuti benak para pengungsi erupsi Gunung Merapi yang tersebar di empat kabupaten. Sejak 6 November 2020, mereka meninggalkan rumah, kebun, dan ternak karena harus mengungsi.
Kondisi ini tidak lepas dari pengamatan Hanik Humaida. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) itu berusaha menghibur mereka.
"Aktivitas Merapi saat ini masih tinggi. Saya berharap warga yang mengungsi bersabar dan terus bersabar," ujarnya, kemarin.
Aktivitas Merapi, lanjutnya, mungkin masih akan berlangsung lama. Sejak 4 Januari, gunung di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta-Jawa Tengah itu sudah memasuki masa erupsi. "Tapi kapan erupsi akan berakhir, kami juga tidak tahu."
Di balik ancaman bahaya Merapi, Hanik mengajak para pengungsi melupakan sejenak rasa kesal dan jenuh mereka. "Masyarakat bisa menikmati keindahan luncuran lava pijar di malam hari. Dari jarak yang aman, aktivitas itu bisa dinikmati dan diambil gambarnya. Indahnya Merapi."
Kejenuhan yang menghinggapi pengungsi dari Desa Balerante dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, membuat mereka meninggalkan lokasi pengungsian di dua balai desa. Namun, ketika fase erupsi datang, mereka memilih kembali ke pengungsian.
"Ketika mereka kembali ke rumah, lokasi pengungsian hanya ditinggali 187 orang. Saat ini, banyak yang kembali sehingga jumlah mereka di pengungsian bertambah menjadi 227 orang lagi," kata Janunu, perangkat Desa Balerante, kemarin.
Namun, ia memastikan masih ada warga Balerante yang bertahan di rumah. "Warga yang tinggal di kawasan rawan bencana III ada 400-an jiwa."
Humas BPBD Nur Tjahjono menyatakan total pengungsi di kedua balai desa sudah mencapai 328 orang. "Di Tegalmulyo ada 101 pengungsi."
Selain dari Balerante dan Tegalmulyo, warga dari Desa Sidorejo seharusnya juga mengungsi. "Namun, mereka belum mengungsi karena masih merasa aman dan nyaman," aku Kepala Desa Gatot Winarso.
Sementara itu, aktivitas menonjol Gunung Merapi yang dicatat BPPTKG memperlihatkan bahwa pada Sabtu (9/1) malam terjadi empat kali guguran lava pijar ke arah hulu Kali Krasak. "Kami mencatat ada 32 kali gempa guguran, 13 kali gempa embusan, 36 kali gempa hybrid, dan 11 kali gempa vulkanis dangkal," tambah Hanik Humaida.
Lewotolok menurun
Di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, meski aktivitas Gunung Lewotolok di Kecamatan Ile Ape sudah menurun, debu vulkanis masih beterbangan mengarah ke Kota Lewoleba, ibu kota Lembata. "Memang ada hujan abu tipis, akibat letusan kecil pada Sabtu malam," kata Koordinator Pengamat Gunung Lewotolok Stanislaus Arakian.
Sebelumnya, Jumat (8/1), gunung ini juga mengeluarkan 9 kali dentuman dan gemuruh. Warga Lembata pun mulai dihinggapi dagdigdud lagi.
Namun, Jefri Pugel, pengamat Gunung Api Lewotolok, menenangkan. "Secara umum, intensitas aktivitas gunung menurun. Erupsi sudah terjadi sejak 27 November 2020 dan erupsi besar 29 November 2020."
Ia memastikan saat ini memasuki fase erupsi menuju fase normal. "Namun, status gunung tetap siaga." Jefri terus berusaha menghibur warga. "Energi gunung mulai melemah. Saat ini kita nikmati saja prosesnya. Yang harus diwaspadai itu gempa vulkanis dalam. Namun, sejak erupsi 29 November 2020 sampai saat ini, seismograf analog manual maupun digital tidak pernah menangkap jenis gempa tersebut," tandasnya. (JS/PT/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved