Upaya Pemprov Yogyakarta Bangkitkan Kembali Pariwisata

Mediaindonesia.com
07/12/2020 14:15
Upaya Pemprov Yogyakarta Bangkitkan Kembali Pariwisata
Ilustrasi(Dok.Kemenparekraf)

PANDEMI covid-19 yang melanda sebagai besar negara di dunia, termasuk Indonesia memang telah memukul berbagai sektor kehidupan, terutama perekonomian. Salah satu sektor yang paling terdampak dengan wabah tersebut yakni pariwisata.

Sebagai salah satu daerah yang terkenal dengan pariwisatanya, Yogyakarta tentu juga merasakan getirnya wabah tersebut. Itu sebabnya, seiring dengan kebijakan pemerinta pusat, pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga kini menyusun kembalai rencana untuk membangkitkan kembali parisiwasata mereka.

Baca juga: Kemenparekraf Susun Langkah Percepatan Pemulihan Pariwisata

Salah satu tempat wisata yang mereka harap bisa menarik wisatawan selain yang sudah terkenal seperti Malioboro, Borobudur, Prambanan adalah Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Di tempat ini wisatan dapat melihat kegiatan para seniman dan berbagai aktivitas termasuk perhelatan festival kesenian setiap tahun. Keberadaannya bukan saja menjadi lokasi menemukan dan mengenali atraksi seni dan budaya tetapi juga melengkapi amenitas wisata MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition) di Yogyakarta.

Menurut Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, & Pameran (MICE) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Iyung Masruroh, TBY dibangun pada 1977 dan awalnya dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta.

"Kini, TBY memperkaya visi dan misinya sebagai kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di Indonesia. Itu karena TBY telah melakukan pengumpulan data dan dokumentasi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, dan kerajinan)," ujarnya.

Secara khusus TBY juga kini mengenalkan dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dan lainnya), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), serta penerbitan profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dan lainnya.

"Taman Budaya Yogyakarta bias jendela bagi wisatawan untuk melihat keseluruhan budaya Yogyakarta. Di sini, wisatawan dapat melihat dokumentasi, hasil karya seni, pertunjukan seni, dan banyak hal lainnya terkait perkembangan budaya Yogyakarta. Taman budaya-nya buka setiap hari, sementara untuk pertunjukan khusus waktunya menyesuaikan jadwal."

Ada dua bangunan utama di TBY, yaitu Concert Hall Taman Budaya dan Societet Militair. Gedung Concert Hall yang bergaya Belanda difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sementara gedung Societet Militair khusus untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan pertunjukan seni lainnya.

Panggung terbuka tersedia di halamannya luas dan sering menjadi tempat menggelar pertunjukan atau pameran. panggung terbuka memiliki kapasitas tampung yang besar. Di sini terdapat panggung dengan tata lampu yang memadai. Taman TBY tersedia di beberapa tempat baik di dalam maupun luar gedungnya. Tempat itulah yang sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya dan pameran. Tersedia fasilitas concert hall, gedung kesenian, amphiteater, dan ruang seminar. Di bagian luar gedung ada panggung terbuka dan biasa digunakan untuk acara musik.

Concert Hall tersedia di di lantai dua dengan fasilitas ruang rias, ruang tunggu pemain, lobi, ruang stem alat musik. Selain itu ada juga ruang VIP, tata lampu, tata suara, dan AC sentral. Luas concert hall ini memiliki luas panggung 18,80 meter x 14,80 meter dengan kapasitas penonton 900 orang.

Societet Militair melengkapi concert hall dengan kapasitas lebih kecil. Luas panggungnya 10 x 8 meter berkapasitas 300 orang. Ruangan ini dilengkapi pula dengan ruang rias, level, lobi, AC sentral, tata lampu, dan tata suara yang memadai. Amphiteater berada di ruangan terbuka dengan luas panggung 10 x 10 meter dengan kapasitas penonton sebanyak 200 orang. Ruangan ini dibuat menggunakan batu semen, dengan tempat duduk yang langsung dari semen tanpa alas.

"Ruang pameran, kerap kali digunakan sebagai ruang pameran seni lukis atau kesenian lainnya. Terkadang, sang seniman juga berada di lokasi sehingga pengunjung dapat bertanya mengenai karya seni. Ruang seminar, dapat dimanfaatkan untuk menggelar diskusi atau pertemuan. Ruang seminar ini termasuk dalam bagian bangunan concert hall dan ruang pameran seni rupa," kata Iyung. (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya