Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KABUPATEN Sikka merupakan kabupaten dengan indeks risiko bencana tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan menempati peringkat 59 dari 479 kabupaten /kota di Indonesia.
Pengaruh fenomena monsoon menjadikan wilayah Kabupaten Sikka dan sebagian besar kabupaten di NTT mengalami kekeringan.
Untuk itu, Perkumpulan Aktivis Peduli Hak Anak (PAHPA), melalui salah satu program strategisnya, yakni pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, didukung oleh The Samdhana Institute, memandang perlu memberikan pemahamanan dan peningkatan kapasitas kepada kaum muda tentang pentingnya adaptasi perubahan iklim dan upaya konkret berkontribusi pada adaptasi perubahan iklim tersebut.
Baca juga: Menyemai Energi Bertani di Lahan Sejengkal
Direktur PAPHA Bernardus Lama Hayon kepada Media Indonesia, Sabtu (22/8), mengatakan ada dua wilayah yang menjadi tempat kegiatan sosialisasi yakni di Kelurahan Waioti yang berada di Kecamatan Alok dan Desa Kolisia B yang ada di Kecamatan Magepanda.
Dua wilayah itu dipilih menjadi lokasi kegiatan karena wilayah Desa Kolisia B sering terjadi rawan pangan akibat kekeringan dan Kelurahan Waioti menjadi wilayah rawan banjir akibat sampah plastik berserakan.
"Sosialisasi perubahan iklim diberikan kepada kaum muda. Mengingat nantinya para kaum muda inilah yang akan meneruskan keberlangsungan bumi ke depan. Total peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 35 orang," ujar Bernadus di Kabupaten Sikka, NTT.
Tujuan dari kegiatan sosialisasi ini sebenarnya, kata Bernadus, memberikan pemahaman tentang perubahan iklim dan adaptasinya. Selain itu juga upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut.
"Kita juga buat komitmen bersama semua pihak di desa dan kelurahan untuk mendukung upaya-upaya adaptasi perubahan iklim oleh kaum muda ini," tutur dia.
Disampaikan Bernadus, setelah sosialisasi ini, akan ada pelatihan untuk penguatan kapasitas orang muda dalam adaptasi perubahan iklim, penyusunan dokumen analisa kerentanan dan kapasitas terkait perubahan iklim/ climate vulnerability and capacity analysis (cvca).
Output dari pelatihan dan dokumen cvca, Bernadus menuturkan nantinya ada aksi rutin bagi kaum muda dalam berbagai bentuk seperti pungut sampah plastik selanjutnya sampah itu nanti akan didaur ulang dan aksi satu orang muda menanam minimal lima pohon setiap bulannya.
"Nanti juga mereka akan kita ditraining dan didampingi untuk punya usaha kerajinan dengan memanfaatkan sampah plastik untuk waioti dan untuk Desa Kolisia B akan punya usaha budidaya hortikultura dengan sistem irigasi tetes," pungkas Bernadus. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved