Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KETERSEDIAAN energi dan akses masyarakat terhadap energi masih menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mencapai target elektrifikasi nasional sebesar 100%. Padahal hal itu tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2020.
Agar listrik dapat dinikmati secara merata di masyarakat daerah terpencil, terdepan, dan tertinggal (3T), dibutuhkan peran pemerintah dan swasta dalam menyediakan sumber energi yang terjangkau.
Baca juga: Potensi Energi Surya di Indonesia belum Termanfaatkan Maksimal
Pada pertengahan Juli lalu, Kementrian ESDM meresmikan program tanggung jawab sosial perusahaan di bidang kelistrikan menuju rasio elektrifikasi Indonesia 100%. PT Surya Utama Nuansa (SUN), sebagai pengembang proyek sistem energi tenaga surya di Indonesia, turut berkontribusi dalam keberhasilan pasokan listrik ke 2.885 rumah di 6 Provinsi.
SUN mengaplikasikan sistem tenaga surya dalam program Listrik Rumah Tenaga Surya (LRTS) dengan menggunakan teknologi sistem SHS (Solar Home System) off-grid, yaitu sistem panel surya mandiri yang tidak memerlukan bantuan grid lain untuk menyala.
Teknologi sistem SHS yang dirancang oleh SUN ini mudah diaplikasikan oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat aliran listrik dari energi bersih untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian. Pada skala rumah tangga, teknologi sistem SHS bekerja menggunakan tenaga surya yang disimpan pada sebuah baterai.
Besaran daya yang dihasilkan dari teknologi sistem SHS mampu menghidupkan televisi, radio, kipas angin, dan lampu. Apresiasi program kelistrikan itu juga disampaikan oleh Arifin Tasrif, selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dalam acara peresmian virtual infrastruktur ketenagalistrikan.
"Kami memiliki inisiatif yang sejalan dengan salah satu pelanggan SUN dalam program pemerataan akses listrik bagi masyarakat di berbagai pelosok di Indonesia. Dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi, teknologi sistem Solar Home System (SHS) diberikan kepada 2.885 rumah di 6 Provinsi di Indonesia. Apabila satu rumah diasumsikan dihuni oleh 4 orang, maka hampir 12 ribu masyarakat telah merasakan manfaat energi bersih untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, bahkan pembangunan berkelanjutan di wilayah pedesaan,” tegas Diirektur SUN, Roy Wijaya.
Menurut Kepala Kampung Bohe Silian Kepulauan Maratua, Jokson, penyediaan LRTS untuk kapal nelayan itu membantu dalam menangkap ikan di malam hari. “Biasanya kami hanya mengandalkan lampu dari aki untuk penerangan di malam hari. Dengan adanya LRTS ini, kami bisa menangkap ikan di malam hari menggunakan listrik gratis. Mesin hidup, lampu terang, nelayan senang,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Kepala Komunitas Adat Terpencil (KAT) Birang, Alex. Ia mengatakan sejak listrik ada, masyarakat menjadi lebih mudah melakukan berbagai macam kegiatan. "Terutama untuk anak-anak, mereka dapat belajar dengan lebih mudah dan tenang tanpa harus khawatir gelap-gelapan pada malam hari.”
Pemanfaatan potensi pancaran sinar matahari sebagai sumber energi merupakan salah satu solusi nyata penyediaan akses listrik yang dapat diaplikasikan dengan mudah di berbagai lokasi. Penggunaan sistem energi tenaga surya juga dapat meningkatkan kemandirian energi di Indonesia, memaksimalkan bauran energi bersih dan terbarukan, serta bentuk tanggung jawab lingkungan yang lebih besar. (Ant/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved