Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
TAHUN ini Sumatra Selatan lebih siap menangani kebakaran hutan dan lahan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penegasan itu diungkapkan Wakil Gubernur Mawardi Yahya, kemarin.
Jauh sebelum hujan berganti kemarau, pemprov sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, sejak 20 Mei hingga 31 Oktober. Ada 10 kabupaten yang teridentifikasi rawan kejadian, di antaranya Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan Muara Enim. “Daerah-daerah itu didominasi lahan gambut,” tambah Mawardi.
Selain sudah menyiapkan posko dan satuan tugas, dana pun tidak ada masalah. Pemprov sudah menyediakan Rp37 miliar dan bisa dimaksimalkan hingga Rp50 miliar.
“Karena belum memasuki masa kemarau kering, hari-hari ini kita maksimalkan sosialisasi di daerah rawan kebakaran. Tim akan menjangkau ke desa-desa,” tandasnya.
Sementara itu, Bengkulu juga mulai mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di kawasan hutan lindung dan konservasi. “Posisinya tersebar di 10 kabupaten dan kota,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sorjum Ahyan.
Dia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan BKSDA dan Kesatuan Pengelola Hutan Lindung dan Produksi untuk penyiapan sarana dan prasarana. Perusahaan bidang kehutanan, pertanian, dan tambang juga diminta bersiaga. Bupati pun sudah disurati.
Di Jakarta, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza memastikan teknologi modifikasi cuaca masih akan jadi tumpuan untuk memitigasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. “Sudah teruji sejak diterapkan pada 1997.” (DW/MY/RK/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved